blank
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Corona Virus. Kiri Ketua Tim dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P dan Tengah Hj Siti Baroroh Farida (Foto: Humas RSUD - Kanal Budiarto)

JEPARA(SUARABARU.ID) – Jika boleh memilih, mungkin tidak banyak petugas medis yang bersedia untuk merawat pasien yang bisa menularkan penyakit yang dideritanya pada  orang yang merawatnya.

Apalagi banyak kisah dramatis yang kemudian menyertai penyebaran virus ini, betapa seorang   petugas medis yang tengah berjuang menyelamatkan pasien yang dirawatnya, justru gugur saat melakukan tugas kemanusiaan.

blank

Belum lagi kabar buruk yang setiap saat dibawa media tentang bagaimana cepatnya penyebaran virus yang mematikan ini. Sehingga badan kesehatan dunia,  WHO menetapkannya menjadi pandemi pada tanggal 11 Maret 2020.

Kini virus ini telah menyerang 199 negara di dunia.  Padahal corona virus baru  diidentifikasi di Wuhan Desember 2019. Dengan cepat covid-19 menjadi hantu yang sangat menakutkan.

Namun panggilan  kemanusiaan sebagai seorang perawat   yang membuat mereka tidak menolak tugas berat itu. Walaupun covid-19 terus menebar ancaman. Itu pula yang dilakukan oleh Hj. Siti Baroroh Farida, S.Kep.Ns saat mendapatkan tugas menjadi Kepala Ruang Teratai 1 RSUD RA Kartini yang dipersiapkan menjadi   tempat perawatan  pasien covid – 19. Ia semula bertugas di ruang Flamboyan.

Bersama 11 perawat lainnya Hj Siti  Baroroh Farida membantu para dokter yang tergabung dalam Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Corona Virus RSUD RA Kartini yang terdiri dari 2  dokter spesialis  paru, 4 dokter spesialis penyakit dalam, 3 dokter spesialis anak, 2 dokter THT-KL. Disamping itu ada  4 orang petugas sanitasi dan 1 orang petugas administrasi. Tim ini dipimpin oleh dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes, FISR.

blank

Namun Hj Siti  Baroroh Farida  mengaku, ketika pertama kali mendapatkan informasi akan ditugaskan di unit pelayanan  yang khusus menangani covid-19 sempat juga muncul perasaan takut dan cemas. Sebab virus yang ukurannya kurang dari lima mikro ini gampang sekali menular dan mematikan.

Ia segera berlari dan bersimpuh  dalam tahajut yang hening tengah malam. “Kami berdoa  kepada Allah agar diberikan kekuatan,  kesehatan dan keselamatan,” ujar perawat senior ini RSUD RA Kartini.

Akhinya panggilan kemanusiaan dan profesi sebagai seorang perawat  yang menang ketimbang ketakutan dan rasa cemas. Hj Siti  Baroroh Farida kemudian  menerima tugas itu dengan ikhlas.

Karena itu doa bersama sebelum mengawali tugas menjadi bebiasaan tim   di ruang Teratai 1.  Kami saling mendukung dan  menguatkan satu dengan yang lain, agar kami dapat mengabdi dengan ikhlas. Juga semangat dan rasa gembira,  tambahnya. Sebab dengan demikian akan menambah daya imunitas kami semua.

Hj. Siti   Baroroh Farida  dan para perawat juga mengaku beruntung memiliki tim dokter yang dengan baik dan tekun membimbing mereka mengenali virus baru ini dan cara merawat para pasien. Dukungan keluarga, teman sejawat, manajemen dan bahkan warga masyarakat sungguh sangat menguatkan menguatkan kami semua untuk tetap setia dengan panggilan kemanusiaan ini.

”Kami terharu menerima kiriman dari warga seperti buah, madu, dan vitamin. Kami tidak mengenal mereka namun mereka menghargai kami karena panggilan ini. Itu yang juga menguatkan kami dan menjadi obat curhatan kecil   yang sering  kami sampaikan di group WhatshApp Teratai Satu,” ujar Hj.Siti  Baroroh Farida.

Keikhlasan dalam menerima panggilan  kemanusiaan sebagai seorang perawat  itu pula yang membuat  Watini, AMK bekerja dengan senang, walaupun kadang cemas  saat melihat berita di TV tentang kecepatan penyebaran virus ini diberbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Walaupun yang dirawat sekarang adalah pasien dengan kategori Orang Dalam Pemantauan (0DP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tetap  ada   standart operation prosedur khusus. Sebab bisa saja mereka  terkonfirmasi postitif covid-19 “Saat memasuki ruang perawatan kami  harus menggunakan Alat Pelindung Diri jenis hazmat yang lengkap,” ujarnya perawat yang berasal dari Keling ini.

Disamping itu kami harus memberikan motivasi pada para pasien agar memiliki semangat. Ini penting sebab pasien yang dirawat di Ruang Teratai Satu tidak boleh ditunggui oleh keluarganya. Sebab ruang isolasi harus ini steril. “Karena itu, ketika merawat pasien kami harus mengunakan  Alat Pelindung Diri jenis hazmat yang lengkap dan standar,” ujarnya  melihat baju yang dikenakan dengan mata agak ragu.

Saat SuaraBaru.Id menanyakan mengapa melihat baju hazmat dengan tatapan seperti itu, Watini hanya tersenyum kecil dalam sikap pasrah.

“Manusiawi jika awalnya kami semua cemas,” ujar Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Corona Virus RSUD RA Kartini, dr Tri Adi Kurniawan, Sp.P, M.Kes.

Namun panggilan kemanusiaan dan tugas profesi itu yang kemudian menguatkan kami semua hingga seluruh anggota tim menerima tugas ini dengan ikhlas. Tentu setelah kami semua mengenali dengan benar virus ini cara penyebaran dan pengobatannya.

Semoga penyebaran virus ini dapat dikendalikan dengan baik, sehingga  korban tidak terus berjatuhan. Sebab covid – 19 bukan lagi persoalan medis, namun banyak faktor yang mempengaruhinya.

Hadi Priyanto

blank