blank
Patung Bung Karno dalam posisi duduk sedang membaca buku, dibangun di Taman Ekodayawilaga sisi timur laut Alun-alun Giri Krida Bakti Kabupaten Wonogiri.(suarabaru.id/bp)

WONOGIRI – Pembangunan patung Bung Karno, kini tengah dilakukan oleh Pemkab Wonogiri. Lokasinya berada di Taman Ekodayawilaga, sisi timur laut Alun-alun Giri Krida Bakti Kabupaten Wonogiri. Patung proklamator RI ini, menggantikan Monumen Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha yang dulu dibangun di taman tersebut.

Menurut Kabid Pertamanan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri, Toto Prasojo, ide pembangunan patung Bung Karno yang hadir pertamakali di Wonogiri ini, datang dari Bupati Wonogiri Joko Sutopo. Model patungnya dibangun dalam posisi duduk sedang membaca buku. ”Ini berdasarkan rujukan patung Bung Karno dalam posisi duduk sebagaimana yang ada di Blitar, Jatim,” tegasnya.

Patung tersebut, memiliki tinggi 2,8 Meter (M), akan diletakkan bertengger pada bangunan landasan setinggi 5,55 M. Sehingga total ketinggiannya mencapai 8,35 Meter dari permukaan tanah, atau setara dengan ketinggian ujung puncak gunungan relief Ekodayawilaga yang menjadi latar belakangnya. Relief gunungan Ekodayawilaga tetap dipertahankan. Karena itu, ketika dilakukan pembongkaran Tugu Parasamya, gunungan relief tersebut dipasangi galah-galah bambu untuk penguat topangan sementara, dalam rangka agar elief gunungan Ekodayawilaga (Ekonomi, Budaya, Wisata dan Olahraga) tidak rusak.

Patung Bung Karno dibangun dengan beaya Rp 2,1 Miliar dari dana APBD Kabupaten Wonogiri. Patungnya terbuat dari perunggu, penggarapannya dipercayakan kepada seniman perupa ahli pembuat patung, Dunadi, dari CV Satiaji Mandiri Scul Putre and Artwork, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Sebagai seniman perupa ahli membuat patung, Dunadi, telah banyak membuat patung pelengkap monumen di berbagai kota besar di Idonesia.

Pada landasan patung, akan dilengkapi dengan lingkaran air mancur dan taman bunga. Posisi patung, berada agak maju ke sisi barat dari lokasi Monumen Tugu Parasamya Purna Karya Nugraha, dan menjadi bangunan monumental pada titik temu berbentuk lingkaran berdiameter 13,8 Meter, pada simpul simpang lima yang berlokasi di sisi timur laut Alun-alun Giri Krida Bakti Kota Wonogiri. Ini dilakukan, agar ada ruang celah di sisi timur patung, untuk membangun trotoar selebar 3 Meter dan jalan lingkar dengan lebar 7 Meter. Tujuannya, agar kendaraan yang datang dari utara atau dari ruas Jalan Salak 5, dapat memutar di sisi timur patung untuk menuju ke Jalan Pemuda yang berujung pada lampu bangjo (traffic light) Ponten.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Wonogiri, Ismiyanto, menyatakan, akan melakukan kajian secara khusus untuk rencana pengaturan arus lalulintasnya. Ini terkait dengan kemunculan jalan lingkar di titik simpul pada bundaran patung Bung Karno tersebut, yang diprediksikan dapat berpotensi rawan kecelakaan. ”Akan kami kaji bersama jajaran Satlantas Polres dan instansi terkait. Tujuannya, untuk menghindarkan kerawanan dalam upaya menciptakan pengaturan lalu lintas yang aman, tertib, lancar dan nyaman, dengan mengutamakan aspek keselamatan,” tegasnya.(suarabaru.id/bp)