blank
Topo pepe yang dilakukan oleh Zakaria Anshori dan Abdi Munif sebagai bentuk keprihatinan warga Jepara

JEPARA (SUARABARU.ID) – Prihatin dan  kecewa  atas penanganan covid-19 yang dinilai lamban dan tanpa arah yang jelas, tiga orang  pegiat budaya dan pemerhati masalah sosial, tidak ingin melampiaskannya dalam kemarahan dan kegeraman. Namun mereka menjalani topo pepe, laku jalan dan ziarah ke makam Ratu Kalinyamat di Mantingan.

blank
Tigor Sitegar didampingi pegiat budaya Desa Mantingan, Mukllisin dan juru kunci Makam Ratu Kalinyamat di Mantingan

Dengan laku itu mereka meminta “kekuatan langit” dari Allah untuk menyadarkan dan mengingatkan para pemangku kepentingan agar cepat melangkah. Sebab kelambanan itu kemudian  banyak yang  menjadi korban keganasan covid-19. Mereka yang Senin (siang tadi melakukan ritual ini adalah Tigor Sitegar, Zakaria Anshori dan Abdi Munif.

“Kami melihat para pejuang kemanusian yang berada di garda terdepan peperangan ini seperti tenaga kesehatan, Babinsa, Babinkabtimas, pemerintahan desa, Camat, Kapolsek, Danramil  dan relawan dibiarkan berjuangan sendiria. Tanpa ada kebijakan yang jelas,” ujar Tidor Sitegar.

Menurut Tigor, mereka yang berada di garda depan ini  siang malam mencoba memadamkan api namun sumber apinya tetap  dibiarkan menyala.

Mereka sudah lelah dan bahkan frustrasi. Sebab bagaikan orkestra, mereka konser tanpa derijen,” ujar Tigor Sitegar, pegiat budaya yang memilih laku jalan dari Monumen Ari-Ari RA Kartini ke Makam Mantingan.

blank
Laku sebagai bentuk keprihatinan dan memohon kekuatan langit dari Allah

Sementara aksi lain dilakukan oleh Zakaria Anshori, seorang pengamat sosial, dan Abdi Munif, salah satu budayawan Jepara. Mereka memilih  menjalani ritual laku pepe di Alun-alun Jepara.  Ritual ini dimulai dengan mandi taubat, shalat Sunnah Muthlaq Taubat yang dilakukan di rumah masing-masing serta doa di Monumen Ari-Ari RA Kartini.

Setibanya di Alun-alun,  Zakaria Ansyori dan Abdi Munif  mengelilingi Alun-alun sebanyak lima kali dengan membaca kalimat Istighfar dan  dilanjutkan membaca Manaqib dengan duduk di depan tiang bendera dan menghadap kiblat. Selanjutnya dilanjutkan membaca salawat nariyah, salat tibbil quluub dan li khomsatun.

Banyak Keluhan

“Laku ini  kami jalani karena mendengarkan  keluhan dari warga yang demikian banyak, termasuk para pejuang  kemanusiaan yang berada di garis depan peperangan. Tapi sejauh ini, belum ada langkah yang efektif dari pemerintah dalam mengendalikan penyebaran covid-19,” ujar Abdi Munif. Harapan kami Allah SWT mengingatkan para pemimpin untuk segera bergerak.

Sementara itu Zakaria Anshori mengungkapkan, laku pepe adalah  jalan sunyi yang harus  ditempuh. “Sebab secara lahiriah, saya sudah  mencermati realokasi anggaran untuk percepatan penanganan covid-19. Tapi rasa-rasanya, tidak maksimal,” ujar Zakaria

Menurut Zakaria, upaya preventif nyaris tidak ada dan tidak adanya direction yang jelas hingga tenaga kesehatan dan para pejuang di lapangan sudah mulai kepayahan dan nyaris frustrasi. “Perlu manajemen krisis yang serius dan terukur dengan pengawasan yang ketat,” tambahnya.

Dijelaskan oleh Zakaria, sebaiknya Gugus Tugas mendengarkan apa yang menjadi harapan para pejuang di garda depan ini. Mereka ingin agar Peraturan Bupati tentang Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) yang sudah memiliki payung hukum, harus segera dilaksanakan dengan tegas. Sebab tanpa ketegasan itu, apa yang dilakukan oleh pera petugas medis dan pejuang di garda depan akan sia-sia,” tambahnya.

Hadepe-Ulil Abshor