blank
Ilustrasi. Reka: SB.ID

JC Tukiman Tarunasayogablank

SESEORANG disebut sudah tergolong tua karena tiga faktor sekurangnya. Pertama, ia disebut tua karena umurnya memang sudah berumur/tua; kedua, karena posisinya memang menggolongkan dia sudah termasuk tua, pensiun contohnya; dan ketiga, karena konsensus atau bahkan semacam konvensi tidak tertulis.

Hal terakhir ini terkait dengan kebiasaan turun-temurun, misalnya, meski usianya masih muda, ia dianggap sudah tua karena dituakan berhubung jabatannya sebagai pemimpin. Kata tuwa ini sama dengan sepuh, memiliki empat makna; yaitu (a) wis kliwat ing umur,  usianya memang sudah lewat (bandingkan dengan faktor pertama dan kedua di atas); (b) wis mateng, wis mangsane diundhuh.

Makna ini berkaitan dengan usia buah-buahan misalnya; sudah saatnya dipanen karena sudah hampir matang. Makna (c) wis umob, air yang dipanasi sudah mendidih. Tentang umob (mendidih) ini, generasi Z dan sesudahnya belum tentu paham tanda-tandanya berhubung tidak terbiasa melakukannya.

Baca juga Urip (Jabatan) Iku Urub, Urup, atau Urut?

Ada banyak kisah tentang hal ini, disuruh memanasi air untuk minum teh  atau kopi; eeeee……….durung umob wis dinggo gawe, belum juga air mendidih, sudah dituangkan di gelas/cangkir.  ”Jarene air panas,” kilahnya,  “begitu sudah panas, saya tuang saja.”

Selanjutnya, (d) tuwa dapat juga bermakna semu ireng, amarga keladuk tumrap werna. Warna kain merah misalnya dapat saja terkesan agak kehitam-hitaman karena mungkin terkontaminasi oleh pewarna hitam. Abang tuwa, contohnya, merah tua seperti warna kulit apel atau pun manggis.

Tuwa kang Tuwakup

Terkait judul tulisan ini, hanya makna (a) memiliki keterhubungan dan pesannya sangat jelas: Jadilah tuwa kang tuwakup, dudu tuwilun.

Tembung tuwakup ini konon berasal dari bahasa Arab, dan maknanya sangat luar biasa, yakni mempeng pasrah ing Allah, sumarah. Orang (tuwa) selayaknya giat dan tekun berpasrah diri kepada Allah. Mengapa?

Alasan paling mudah, wong wis tuwa pasti lebih banyak waktu luangnya karena sudah pensiun dari berbagai kegiatan. Sekali pun masih bisa ikut kampanye di sana-sini, misalnya (musim kampanye sih soalnya),  yahh……. tetaplah ingat jadilah wong tuwa kang tuwakup.