blank
Prof Sudharto (kiri) menerima buku biografi dari Prof Komaruddin Hidayat, didampingi Rektor Dr Supari (kedua dari kanan). Foto: dok/usm

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Rektor Universitas Semarang (USM), Dr Supari ST MT mengatakan, sosok Prof Komaruddin merupakan seorang akademisi yang tetap santri, cendekiawan, senior citizen yang nasionalis, sekaligus religius, yang menjadi salah satu teladan dan role model pendidik di negeri ini.

Hal itu seperti yang disampaikannya, dalam bedah buku ‘Jalan Pulang: Seni Mengelola Takdir, karya Prof Dr Komaruddin Hidayat MA PhD, di Auditorium Ir Widjatmoko (USM), pada Jumat (26/7/2024).

Menurut Supari, ada dua hal yang menjadi catatan pada buku itu, yakni setiap individu percaya takdir dan memiliki pilihan sejak awal, terkait pandangan masa depan.

BACA JUGA: Himalika USM Beri Pelatihan Jurnalistik ke Siswa SMKN 4 Semarang

”Saya membayangkan, Mas Komaruddin melihat dengan jelas masa depannya akan gemilang di Jakarta, bukan ikut teman-temannya ke pulau lain. Paling tidak, itu pilihannya. Beliau telah mengubah kekhawatiran dan ketakutan menjadi motivasi, dan mewujudkan impiannya itu,” ungkapnya.

Rektor pun berharap, akan muncul orang-orang yang akan mengikuti prestasi dan sosok seperti Prof Komaruddin, anak muda yang dulu pernah ada di USM. Baik sebagai mahasiswa maupun dosen, yang mempunyai potensi untuk berkembang ke masa depan.

Dalam kegiatan bedah buku itu juga menghadirkan pembahas lain, di antaranya Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto P Hadi MES PhD, Rektor Undip Prof Dr Suharnomo SE MSi, dosen UIN Walisongo Semarang Dr KH Muhammad In’amuzzahidin MAg, serta Presiden BEM USM Asura Firay. Kegiatan dipandu moderator Dr Drs Daryono MSi (dosen USM).

BACA JUGA: Ini Visi-Missi Bacalon Ketum KONI Wonosobo, Seperti Apa?

Hadir juga antara lain, mantan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti), Prof H Muhammad Nasir PhD, Anggota Pembina Yayasan Alumni Undip Ir Soeharsojo IPU, Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM, pengurus DPD IKA Undip Daerah Khusus Jakarta.

Lalu ada juga Wakil Rektor I USM Prof Dr Ir Sri Budi Wahjuningsih MP, Wakil Rektor II USM Dr Titin Winarti SKom MM, Wakil Rektor III USM Dr Muhammad Junaidi SHI MH, Ketua Senat USM Prof Dr Hardani Widhiastuti MM Psikolog, dan Sekretaris Universitas Dr Abdul Karim SE MSi.

Buku yang ditulis oleh pria kelahiran di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, pada 18 Oktober 1953 itu, berisi autobiografi perjalanannya dalam menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan, dengan nekat pergi ke Jakarta pada 1974, tanpa permisi dengan orang tuanya.

BACA JUGA: Wayang Kulit Semalam Suntuk Lakon ‘Kidung ing Mandrapura’ Tandai Puncak Acara Harganas Ke-31 di Blora

”Dan ketika sampai di sana, saya merasakan bahwa ada 1.001 pintu sukses terbuka di Jakarta. Saya juga merasa, jika bisa menaklukkan Jakarta, mengapa tidak bisa untuk keliling di negara lain. Dan saya sudah mengunjungi 55 negara,” kata Prof Komaruddin.

Selama perjalanannya, dia pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, Rektor UIN Jakarta, Ketua Panitia Pengawas Pemilu 2004, Guru Besar Filsafat Agama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hingga telah menciptakan beberapa karya tulis buku.

”Sejak di pesantren saya diajari, pangkal kesuksesan adalah percaya diri. Waktu itu saya tidak merasa pintar, tapi kiai saya bilang, kamu harus cinta ilmu dan jaga integritas, maka kamu tidak usah khawatir hidup di mana saja. Kepada anak muda, ayolah Anda ukir masa depan, dan ciptakan takdir Anda. Karena secara umum, kita bisa mengelola takdir dengan mempelajari sebab akibatnya dalam hidup,” terangnya.

BACA JUGA: Seperti Apa Sosok Fathul Wahid, Rektor UII Asal Jepara yang Enggan Dipanggil ‘Prof’

Sementara itu, Prof Sudharto menilai, buku autobiografi Prof Komaruddin mengalir, lugas, dan jujur. Menurut dia, biasanya biografi ditulis orang lain yang merupakan kompilasi dari pesan dan kesan atau pandangan dari kolega, atasan, bawahan, yang kemudian ditulis dalam buku.

”Tapi ini ditulis oleh diri sendiri. Salah satu risiko menulis biografi diri sendiri itu melenceng. Tapi dengan tulisan yang lugas, jujur, unsur melenceng itu jadi kecil,” tandasnya.

Menurutnya, ada tiga pelajaran yang bisa dipelajari, yaitu siapa yang malas akan tergilas, siapa yang melangkah berjalan tegap pasti sampai tujuan. Lalu pengakuan bahwa keberhasilan penulis karena bekal yang diperoleh selama menjadi aktivis.

”Saya kira softskill itu penting sekali. Yang ketiga adalah, transformasi dari cara berpikir yang doktriner, menjadi cara berpikir pluraris. Buku ini menurut saya mewakili pribadi Mas Komar yang out of the box, tidak mengikuti pakem,” sanjung Prof Sudharto.

Riyan