KOTA MUNGKID ( SUARABARU.ID)- Manajemen CROWDE Membangun Bangsa terus melakukan pengembangan toko pertanian berkonsep modern “Arto Mart” di wilayah Kabupaten Magelang. Dengan meresmikan toko ke Arto Mart fi Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan .
“Arto Mart di Desa Adikarto ini merupakan toko pertanian modern ketiga yang diresmikan dan berada di bawah manajemen CROWDE Membangun Bangsa. Sebelumnya, telah dibuka toko pertanian berkonsep modern di Seyegan , Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, dai Dusun Bejen, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, beberapa waktu lalu,”kata Manager Arto Mart Adikarto, Galang Mikana Murti Galang Mikana Murti.
Galang mengatakan, toko pertanian modern yang dipimpinnya tersebut memiliki keunggulan daripada dua toko yang telah dibuka. Yakni, memiliki gudang yang berisi sarana prasarana pertanian untuk suplai toko-toko Arto Mart.
“Kami siap memberikan akses produk pertanian berkualitas, dengan harga terbaik agar petani bisa meningkatkan hasil produksi. Kami juga menargetkan regenerasi petani muda, karena regenerasi menjadi faktor penting untuk meningkatkan ketahanan sektor pangan,”ujarnya.
Salah satu pendiri CROWDE Membangun Bangsa, Yohanes Sugihtononugroho menjelaskan,pihaknya bertekad membangun ekosistem pertanian yang ramah bagi petani, dengan memberikan bantuan modal berupa sarana produksi pertanian yang berkualitas. Selain itu juga memberikan pendampingan selama masa budidaya oleh tenaga ahli, serta akses pasar dengan harga terbaik.
Sementara itu, Kepala Desa Adikarto Muzazin berharap dengan hadirnya toko pertanian modern di Desa Adikarto tersebut bisa memberikan warna baru bagi masyarakat setempat untuk mau menjadi petani dan mengolah lahan sawahnya.
“Kami menyambut baik kehadiran Arto Mart di Desa Adikarto ini, semoga Arto Mart bisa menjadi warna baru, dan lebih menambah penghasilan dan kesejahteraan petani,” katanya.
Muzazin menambahkan, jumlah petani di Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang terus berkurang dan kini tinggal sekitar 60 persen warganya yang masih menjalankan profesi petani. Sementara di era tahun 1970-1990 an, warga setempat yang mencari nafkah menjadi petani sebanyak 90 persen.
“Salah satu alasan warga Desa Adikarto tidak memilih menjadi petani, yakni dari mata pencaharian sebagai petani hasilnya tidak pasti,” katanya.
Muzazin mengatakan, akibat dari banyaknya warga Desa Adikarto yang enggan menjadi petani menyebabkan pihaknya kesulitan mengelola lahan pertanian yang ada.Sehingga, diperlukan adanya modernisasi di bidang pertanian seperti mesin pertanian harus didatangkan. W. Cahyono