SEMARANG (SUARABARU.ID)– Gerakan Jogo Tonggo mendapatkan respons luar biasa sebagai kekuatan berbasis masyarakat, untuk secara bergotong royong melawan penyebaran dan penularan Covid-19.
Semua sepakat, penyebaran covid-19 harus dilawan secara bareng, sistematis, terstruktur dan menyeluruh, dengan tetap memperhatikan kesehatan warga, kondusivitas lingkungan, ekonomi warga, serta kepastian pemenuhan kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan pokok.
”Saya anggap Jogo Tonggo harus terus dinyalakan, meskipun pandemi covid-19 agak melandai. Gerakan kemanusiaan kami anggap solusi, ketika warga di sekitar kita terkonfirmasi covid-19,” kata Heri Suyanto, Ketua RW XIII Perum Korpri Pudak Payung, Banyumanik, Semarang.
BACA JUGA: BK DPRD Datangkan Ahli Hukum atas Kasus Kode Etik Empat Anggota Fraksi Gerindra
Spirit Jogo Tonggo yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sesungguhnya upaya pencegahan dan penanganan covid-19 yang menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan, dengan yang didukung Pemerintah dan banyak pihak.
Unsur yang terlibat berasal dari perguruan tinggi, perusahaan, organisasi profesional, media massa, media sosial, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sektoral, organisasi massa dan pemangku kepentingan lainnya.
Satgas Jogo Tonggo memiliki tugas pokok yang terbagi dalam empat bidang, yaitu kesehatan, ekonomi, sosial dan keamanan serta hiburan.
BACA JUGA: Peringatan 72 Tahun Provinsi Jateng di Blora Diwarnai Busana Adat Samin
Keberhasilan Jogo Tonggo menjadi trigger gerakan kemanusiaan lainnya, sepert Jogo Siswa, Jogo Santri, Jogo Kerja, termasuk Jogo Wartawan yang diprakarsai PWI Jawa Tengah.
Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS mengatakan, Jogo Wartawan merupakan penjabaran dari Jogo Tonggo yang dicanangkan Gubernur Ganjar Pranowo. Dia menyatakan, gerakan memberikan bantuan kepada wartawan yang terpapar virus corona, merupakan bentuk kepedulian dan perhatian dari organisasi terhadap para anggotanya.
”Kami ingin para wartawan betul-betul menjadi satu keluarga yang diikat oleh rasa saling menjaga dan merawat, melalui mekanisme kebersamaan profesi. Dengan cara itulah, berbagai kesulitan bisa dihadapi secara bersama dengan satu hati,” tandasnya.
BACA JUGA: Pengukuhan Paskibra, Di Pacitan Hari Ini dan Wonogiri Besok
Jogo Tonggo ternyata juga menciptakan gerakan masif di segala lini kemasyarakatan. Di antaranya Jogo Konco dan aturan Flexi Time. Dengan Jogo Konco, anak bisa melapor kekerasan yang dialami. Sementara, aturan Flexi Time ASN di lingkup Provinsi Jateng, memberi kesempatan pada orang tua, untuk mengantar anaknya ke sekolah tanpa takut telat bekerja.
Peluncuran aplikasi ini dilakukan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Ketua TP PKK Jateng, Siti Atikoh Ganjar Pranowo, pada acara Festival Anak Jateng di Kabupaten Banyumas, Rabu (27/7/2022).
Menurut Ganjar, aplikasi Jogo Konco yang digagas Forum Anak Jateng itu, menjadi tempat agar anak Jateng memunyai kemandirian. Selain itu, aplikasi ini juga diharapkan dapat mengurangi potensi perundungan.
BACA JUGA: Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki Apresiasi Peluncuran “Pasar Lokal Suara UMKM”
”Sandainya terjadi perundungan, ya dilaporkan lewat aplikasi. Maka tugas kita sebagai pemerintah menindaklanjuti. Forum anak yang bikin aplikasi Jogo Konco itu bagus,” puji Ganjar, seperti dilansir Jatengprov.go.id.
Gubernur juga menerbitkan gerakan Jogo Ternak (jaga hewan ternak) dan Bolo Ternak (teman ternak). Gerakan ini sebagai upaya menangani penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).
”Tentang gerakan Jogo Ternak, kita mengadopsi dari Jogo Tonggo saat covid-19 kemarin,” ujar Ganjar, saat mengecek penanganan hewan ternak terjangkit PMK di Desa Genengsari, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Kamis (30/6/2022).
BACA JUGA: Percantik Wajah Kota Semarang, Prasasti Bank Jateng Diresmikan
Sementara itu, Kepala Program Perlindungan Anak Unicef, Milen Kidane, mengapresiasi program Jogo Konco ini. Menurutnya, platform ini merupakan bagian dari perlindungan anak di dunia maya.
Survei Unicef, sebanyak 196,7 juta orang di Indonesia terhubung ke internet. Ini menurutnya bak dua mata pisau. Karena tak jarang kekerasan yang diterima anak berasal dari dunia.
Seperti dilansir Jatengprov.go.id, ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr Yudhi Wibowo menyampaikan, Jogo Tonggo merupakan program yang kaya akan kearifan lokal, karena mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan.
BACA JUGA: Kejati Jateng Tahan RAA, Tersangka Kasus Korupsi Kredit Modal Kerja 12,6 Miliar
Menurut dia, semakin banyak pihak yang terlibat, maka akan semakin kuat dan hasilnya akan makin optimal. Karena rasa peduli dan keinginan untuk saling membantu adalah juga senjata kuat, dalam perang melawan covid-19.
Menurutnya, program Jogo Tonggo merupakan salah satu program di Indonesia yang mengedepankan kearifan lokal, sesuai dengan prinsip-prinsip yang dianut bangsa Indonesia, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Di bagian lain, budayawan Antonius Benny Susetyo menyebutkan, Jogo Tonggo adalah gerakan kearifan lokal dalam menjaga antartetangga. Di sana ada nuansa kepedulian sosial, empati, simpati, solidaritas, semangat bergotong royong dalam menghadapi pandemi covid-19.
BACA JUGA: KKN Unissula Solutif Atasi Problematika di Lapangan
Program Jogo Tonggo merupakan aplikasi konkret dari nilai-nilai Pancasila, yaitu bergotong royong membantu kebutuhan masyarakat secara mandiri, selama pandemi covid-19, saat bantuan dari negara dirasa tidak mencukupi.
”Saya kira ini gerakan yang harus terus dihidupkan dan dimasifkan, dengan komunikasi digital. Ini aplikasi budaya luhur bangsa dari Jawa Tengah untuk berkontribusi bagi Indonesia dalam penanggulangan pandemi covid-19,” tandas Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila itu.
Tim SB