blank
Ketua GPMB Kebumen yang juga wartawan Suarabaru.id Komper Wardopo menyampaikan materi pada workshop penguatan literasi di Disarpus Kebumen Senin 15/8.(Foto:SB/Disarpus Kebumen)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Sebanyak 33 siswa SMA, MA dan SMK Senin (15/8) mengikuti Workshop Penguatan Literasi di Ruang Teater Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Kebumen.

Workshop dibuka oleh Sekretaris Disarpus Kebumen Nurtaqwa Setyobudi, menghadirkan narasumber Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kebumen Komper Wardopo dan Sekretaris GPMB yang juga penulis sejarah Teguh Hindarto, dipandu oleh Henri Unduh Nurmawan.

Menurut Kepala Bidang Kearsipan Disarpus selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Christin Rusilawati, Workshop Peningkatan Budaya Membaca untuk Pembuatan Literasi dan Daya Kritis Siswa Sub Kegiatan Pengembangan Literasi Berbasis Sosial itu untuk meningkatkan budaya membaca dan menulis isswa di SMA dan SMK.

Para siswa utusan dari SMA dan SMK itu selain meneri materi literasi juga wajib membuat karya di akhir kegiatan. Bahkan setelah workshop, Disarpus juga menggelar Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Populer Bagi Siswa SMA dan SMK. Hadiah bagi Juara 1 Rp 1 juta, Kedua 2 Rp 800 ribu, dan Ketiga Rp Rp 600 ribu.

blank
Sekretaris Disarpus Kebumen Nurtaqwa Setyobudi Senin (15/8) membuka workshop penguatan literasi Ruang Teater Disarpus.(Foto:SB/Komper Wardopo)

Sekretaris Disarpus Kebumen Nurtaqwa Setyobudi menyatakan, para pelajar perlu terus didorong memahami literasi. Literasi dimaknai sebagai keterampilan membaca dan menulis, berbicara dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Nurtaqwa menekann, para pelajar perlu memiliki kemampuan memahami, menganalisa dan mengkritisi fenomena dan fakta yang terjadi dewasa ini. Selanjutnya bisa menjadi referensi bagi kehidupan guna memenangkan kompetisi.

Perpustakaan sebagai Sumber Belajar

Nurtaqwa menjelaskan, Disarpus Kebumen memiliki fasilitas perpustakaan yang representatif, koleki buku lengkap. Area perpustakaan bisa dimanfaatkan sebagai tempat belajar, membaca buku, mengaksek internet, kegiatan seminar, workshop dan melihat pertunjukan dan film.

“Sebagai pelajar, kalian tidak cukup belajar di sekolah dari guru. Anda perlu belajar memahami kondisi lingkungan sosial agar memiliki wawasan terbuka. Menjadi sangat penting untuk memahami dan menguasai pengetahuan,”tandas Nurtaqwa.

Di sisi lain, Nurtaqwa mengingatkan generasi muda dan pelajar di era digital, harus mampu memanfaatkan android atau gawai untuk memperluas pengetahuan. Gaya hidup bisa dilihat dan diikuti di android.

blank
Penulis sejarah Teguh Hindarto menjadi narasumber pada workshop penguatan literasi di Disarpus Kebumen Senin 15/8).(Foto:SB/Disarpus Kebumen)

“Era sekarang kuncinya ada di kalian. Mau menjadi anak sukses, hanya meniru atau menjadi anak yang mengadopsi apa yang ada di sekitar, terserah kalian. Karena dengan android dunia ada di genggaman kalian,”ujar Nurtaqwa.

Generasi Nol Buku

Komper Wardopo, jurnalis Suarabaru.id dalam materinya Peningkatan Budaya Membaca untuk Penguatan Literasi dan Daya Kritis Siswa, mengajak pelajar terus meningkatkan kegemaran membaca.

Wardopo menyitir sinyamen sastrawan Taufiq ismail tentang generasi nol buku. Hal itu berbeda dengan negara maju yang memiliki tradisi membaca kuat. Di Amerika dan Belanda, anak tamat SMA telah membaca 20-30 bukui sastra atau fiksi.

Sedangkan pelajar Indonesia usia 15 tahun selama ini dari survai Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikuti 80 negara, prestasi membaca, sain dan matematika berada di urutan 70 ke bawah.

“Tidak ada kata lain saudara harus terus meningkatkan minat membaca. Karena membaca itu jendela dunia, membaca itu vitamin bagi otak dan membaca akan menambah pengetahuan, kreativias dan inspirasi,”tandas dosen IAINU Kebumen tersebut.

Sedangkan Teguh Hindarto dalam makalahnya Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa menjelaskan beberapa ciri penulisan karya ilmiah dan karya tulis nonilmiah serta karya tulis semi ilmiah atau karya tulis ilmiah populer.

Menurut Teguh, ciri karya ilmiah yang ia kutip dari Mukayat D. Brotowidjoyo, yakni menyajikan fakta obyektif secara sistematis, penulisnya cermat, tepat, benar serta tulus, tidak mengejar keuntungan pribadi yaitu tidak berambisi pembacanya berpihak pada dirinya.Penulis juga tidak emotif, tidak memuat pandangan tanpa data pendukung, dan tidak bersifat persuasif.

Adapun beberapa ciri karya tulis nonilmiah, yaitu menyajikan fakta pribadi yang sifatnya subjektif, pandangan penulis tidak didukung fakta umum, bersifat persuasif, penggunaan kalimat berlebihan (dramatisasi), kata-katanya sukar diidentifikasi.

Teguh juga mendorong pelajar untuk belajar menulis dan berlatih menuangkan gagasan dari nol. Artinya tidak perlu minder terhadap penulis lain saat belajar menulis. Justru keterbatasan tersebut hendaknya menjadi pemicu untuk terus berlatih menghasilkan tulisan.

Komper Wardopo