twitter chelsea. Foto: dok/ist

Oleh: Amir Machmud NS

// tembok, itukah tafsir seribu pengandaian?/ andai tidak ada dia/ andai bukan dia/ satu kiper untuk seutuh penyelamatan/ satu kiper untuk sebuah kemenangan/ acap pula sesosok kiper satu kesalahan/ satu kesalahan mengubur harapan…//
(Sajak “Sang Kiper”, 2022)

ANDAI proses waktu kontestasi Ballon d’Or 2022 dicukupkan hanya sampai hari ini, takkan sulit para pemberi suara untuk mencontreng satu nama: Edouard Osoque Mendy.

Logikanya, dibandingkan dengan pemain mana pun, dalam semusim ini dia telah melesat jauh mengukir perbedaan. Sangat paripurna pula.

Baru saja dia mengantar klubnya, Chelsea, meraih trofi antarklub dunia, setelah mengalahkan Palmeiras 2-1 dalam final ber-extra time di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Baru sepekan sebelumnya, dia menjadi kunci sukses negaranya, Senegal menjadi juara Afrika, menjinakkan Mohamed Salah dkk dari Mesir dengan skor 4-2 lewat drama adu penalti di Yaoundee, Kamerun. Mendy menjadi kiper terbaik turnamen.

Kisah sukses kiper 29 tahun kelahiran Montvillers, Prancis itu terpetakan dari serangkaian prestasi yang tak sembarang pemain mampu meraihnya.

Pada 2021 Edouard Mendy menjadi kunci sukses Chelsea menjuarai Liga Champions, dan dia menjadi kiper terbaik. Setelah melengkapi capaian klub dengan Piala Super Eropa, dia terpilih sebagai the best UEFA, dan kiper terbaik dunia FIFA. Ia juga tercatat sebagai Best FIFA Goalkeeper 2021.

Baru Sekali
Trofi Ballon d’Or, dalam sejarah, baru sekali diraih seorang kiper, yakni sang legenda Lev Yashin pada 1963. Kiper Uni Soviet itu menyisihkan dua nama top: Gianni Rivera (Italia) dan Jimmy Greaves (Inggris).

Setelah era Yashin, sederet kiper hebat pada masa kejayaan masing-masing sempat menjadi nominee, namun akhirnya gelar itu diraih oleh pemain gelandang atau penyerang.

Gianluigi Buffon, misalnya. “Superman” Italia itu tercatat 11 kali menjadi nominee, tetapi hanya mencapai puncak sebagai runner up Ballon d’Or 2008.

Kiper legendaris Spanyol Iker Casillas, delapan kali dikandidatkan, namun raihan terbaiknya hanya urutan keempat pada 2008. Terakhir kali, benteng Jerman Manuel Neuer meraih posisi tiga besar di bawah Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dalam kontestasi 2014, justru ketika dia sangat diunggulkan mengulang capaian Lev Yashin.

Penjaga gawang lain yang pernah menjadi nominee adalah Thibaut Courtois (Belgia), Rui Patricio (Portugal), Hugo Lloris (Prancis), Jan Oblak (Slovenia), Alisson Becker (Brazil), Marc-Andre Ter Stegen (Jerman), dan Gianluigi Donnarumma (Italia).

Donnarumma meraih penghargaan khusus pada 2021, yakni Lev Yashin Trophy, mengalahkan Edouard Mendy dan Jan Oblak. Performa hebatnya di Euro 2021 mendapat apresiasi luas.

Bukan hanya kiper, pemain di sektor bek juga termasuk langka mendapatkan. Di antara yang jarang itu tertoreh tiga nama istimewa, yakni Franz Beckenbauer pada 1972 dan 1976, Mathias Sammer pada 1996, dan Fabio Cannavaro pada 2006.

Edouard Mendy memang belum masuk ke percaturan bintang utama, namun rentetan “karya” yang dibuat eks kiper Cherbourg, Marseille B, Reims, dan Rennes itu telah melambungkannya ke level dunia.

Performanya bersama The Blues juga makin menunjukkan kematangan. Apalagi pelatih Thomas Tuchel memercayainya penuh sebagai tembok terakhir dari sistem permainan kolektif yang dibangun.

Sepupu pemain Real Madrid Ferland Mendy itu kini melesat melewati batas benua. Dengan trofi antarklub dunia yang baru saja diraih di Abu Dhabi, kiper yang meneruskan sejarah kehebatan legenda-legenda Afrika Thomas N’Kono, Peter Rufai, dan Jules Onana itu berpeluang terbang lebih tinggi.

Dia akan menyuarakan ke seluruh penjuru jagat tentang kesetaraan, kesempatan, dan peran.

Dia layak menyerukan kampanye peran universal ala superhero Black Panther yang mengobarkan publisitas “Wakanda Forever” dalam film Marvel…

Yes, Senegal Forever…

— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —