WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pentas Wayang Kedu Gagrak Wonosaban dan Gagrak Temanggung meramaikan puncak acara Festival Sindoro Sumbing (FSS) yang digelar secara luring di Gedung Sasana Adipura dan live streaming di Temanggung TV dan WEB TV Wonosobo.
FSS digelar bersama antara Platform Indonesiana Kemdikbudristek RI, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DI Yogyakarta dengan Pemkab Wonosobo dan Temanggung, sebagai upaya melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya wayang khas yang ada di wilayah Kedu.
Pagelaran Wayang Kedu Gagrak Wonosaban dan Gagrak Temanggung dengan lakon “Sang Dewi Sri” itu, dimainkan kolaborasi dua dalang muda yakni Ki Agus Suprastyo (Wonosobo) dan Ki Gunawan Purwoko (Temanggung).
Hadir dalam kesempatan tersebut, perwakilan Kemendikbudristek RI, Pemprov Jateng, BPNB Yogyakarta Dwi Ratna NH, Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, Wakil Bupati M Albar, Staf Ahli Bupati Temanggung Tri Raharjo, Sekda One Andang Wardoyo, Balai Arkeologi DI Yogyakarta Balai Bahasa dan BPCB Jateng.
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat mengatakan agenda pementasan wayang Kedu Gagrak Wonosaban dan Gagrak Temanggung tersebut adalah kerjasama yang sangat baik dari dua daerah yang diapit Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
“Bagaimana ke depan budaya khas dua daerah itu diuri-uri bersama. Wonosobo dan Temanggung punya sejarah panjang karena sebelumnya merupakan satu wilayah. Wonosobo juga telah menggelar wayang Othok Obrol dan Daeng di Selokromo Leksono,” kata Afif.
Wayang Khas
Staf Ahli Bupati Temanggung Tri Raharjo menyebut ada banyak kekhasan dari Wayang Gagrak Kedu dengan beberapa ciri yang sangat melekat dan tidak ditemui di beberapa gagrak wayang kulit yang ada di nusantara. Wayang ini termasuk satu dari berbagai keragaman budaya nusantara.
“Wayang Kedu ini sudah ada sejak abad ke-8 lalu. FSS ini adalah media untuk melestarikan warisan budaya. Mari maju bersama lestarikan bersama, kebudayaan si Temanggung dan Wonosobo positif, inovatif dan kreatif,” tutur Tri.
Sementara itu, kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dispartabud) Wonosobo, Agus Wibowo menjelaskan Wayang Kedu yang ditampilkan dua dalang tersebut memiliki karakter yang cukup beda dengan gagrag Surakarta dan Yogyakkarta.
“Dari sisi durasi juga Wayang Kedu lebih singkat karena tidak harus dipentaskan semalam suntuk.
Melalui Platform Indonesiana dilakukan kolaborasi bersama yang didukung berbagai pihak.
Tujuannya untuk melestarikan Wayang Kedu yang hampir punah,” katanya.
Berbagai perbedaan Wayang Kedu juga dijabarkan dalam buku yang diterbitkan Disparbud Wonosobo terkait Wayang Gagrag Wonosaban. Termasuk suluk dan gending pengiringnya. Juga ada dua karakter wayang yang tidak ada di Wayang lainnya.
“Sebenarnya perbedaan inilah yang jadi kekayaan budaya dan mari selamatkan ini untuk generasi muda. Harapanya nanti bisa diadakan pertunjukan dengan atraksi destinasi wisata karena Wonosobo punya budaya yang luar biasa,” tutur Agus.
Muharno Zarka