JEPARA (SUARABARU.ID) – Wayang Klitik yang terbuat dari kayu, nyaris punah di Jepara kembali dihidupkan di Panggung Budaya Marga Langit di Desa Banjaragung, Kecamatan Kembang. Minggu (29/8-2021) malam, dengan dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara, Pepadi menggelar pentas Wayang Klitik dengan cerita Minak Jinggo Mbalelo.
Dalam pentas yang disiarkan secara live steaming ini menampilkan Ki Dalang Nuryono diiringi karawitan Ngudi Laras dari Desa Dudakawu, pimpinan Mbah Sutaman. Sedangkan tiga pesinden yang semalam tampil adalah Nyi Kartini, Nyi Yani, dan Nyi Dwi.
Pentas wayang kilitik tersebut dibuka oleh Pembina Yayasan Marga Langit, Hadi Priyanto dan ditandai degan penyerahan wayang Minak Jinggo dari Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Kabupaten Jepara, Ki Hendro Suryo Kartiko kepada Ki Dalang Nuryono.
Pada kesempatan tersebut Hadi Priyanto mengungkapkan, saat ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara telah memberikan ruang dan dukungan terhadap pengembangan seni dan budaya di Jepara. “Ada progres yang terus meningkat untuk menghidupkan kembali seni tradisi yang telah mati suri,” ujar Hadi Priyanto.
Tidak mudah memang untuk menghadirkan kembali seni tradisi dan kearifan lokal ditengah kondisi masyarakat yang telah semakin berubah karena teknologi hingga meninggalkan kecintaannya pada seni, budaya da bahkan tradisi.
“Bukan hanya seni pertujukan, permainan tradisional, piturut luhur dan bahkan tradisi yang diwarisikan temurun dari para leluhur juga telah mulai ditinggalkan secara berlahan,” ujar Hadi Priyanto. Perlu kerjasama semua fihak untuk kembali menghidupkan seni tradisi yang telah mati dan merawat yang masih tersisa.
Sinopsis
Dalam cerita Minak Jinggo Mbalelo, Ki Nuryono mengisahkan keinginan Raja Blambangan Minak Jinggo yang hendak memperistri Ratu dari Majapahit yang bernama Kencana Wungu. Namun Ratu Kencana Wungu tidak mau jika di nikahi oleh Minak Jinggo. Karena penolakan itu Minak Jinggo kemudian menyerang Majapahit.
Melihat situasi yang seperti itu, Ratu Kencana Wungu mengumumkan sayembara bahwasannya kepada siapapun yang dapat mengalahkan adipati Blambangan yaitu Minak Jinggo akan dijadikan suaminya. Damar Wulan yang mendengar sayembara itu ikut dan kemudin berhasil membunuh Minak Jinggo.
Keberhasilan Damar Wulan tidak lepas dari bantuan kedua istri Minak Jinggo yaitu Dewi Wahito dan Puyengan, istri Minak Jinggo ini memberitahu bahwa kelemahan Minak Jinggo adalah pada senjatanya yaitu Godo Wesi Kuning yang berhasil di curi oleh Dewi Wahita dan Puyengan.
Akhirnya Damar Wulan di nobatkan sebagi Raja karena menikahi sang Ratu setelah mengalahkan Layang Seto dan Layang Gumitir yang merebut kepala Minak Jinggo dari Damar Wulan dan di bawanya ke hadapan sang Ratu.
Hadepe