SEMARANG (SUARABARU.ID) — Sejumlah tokoh nasional dan Jawa Tengah dari berbagai kalangan, berakrab-akrab dalam acara Doa dan Puisi “Merdeka dari Corona”, Jumat 13 Agustus. Mereka saling menyapa, meledek, dan menyampaikan respek secara karib.
Kegiatan budaya menyongsong peringatan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI itu digelar oleh PWI Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan Dewan Kesenian Semarang dan Universitas Dian Nuswantoro. Acara digelar secara daring dan luring, disiarkan langsung oleh TVKU.
Hadir Ketua MPR Bambang Susatyo, Ketua Umum PWI Pusat Atal S Depari, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng KH Ahmad Darodji, Ketua Dekase Handry TM, penyair Budi “Bapak Nakal” Maryono dan Widyartono Radyan, sejumlah wartawan, serta akademisi Prof Edi Noersasongko (Udinus), Prof Ahmad Rofiq (UIN Walisongo), Made Dwi Adnjani (Unissula), dan Wilsa Widi Budi Astuti (UKSW). Juga Ketua KPID Jateng Aulia Muhammad Assyahidin, Ketua Komisi Informasi Sosiawan, dan Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul Alim.
Kecuali Widyartono yang membaca puisinya sendiri, semua tokoh membaca puisi-puisi karya Amir Machmud NS. Ketua PWI Jateng itu baru saja menerbitkan antologi puisinya yang ketiga, “Kematian, Setiap Kali”. Kemarin dia menyajikan puisi “Kami Tak Henti Menatap Langit”.
Mengaku Gemetar
Sebagian tokoh dengan bercanda mengaku gemetaran karena baru pertama kali membaca puisi. Sedangkan Wali Kota Semarang mengaku memilih membaca “Jutaan Mata Virus” karena puisinya pendek. Rektor Udinus Edi Noersasongko mengisahkan harus lebih dahulu berlatih membaca sajak di depan istri. Kiai Darodji mengulas, puisi “Sunyi Silaturahim” yang dia baca cocok sebagai penggambaran nyata kondisi pandemi Covid-19.
Walaupun menyatakan sebagai pengalaman baru, ketiga akademisi Rofiq, Made, dan Wilsa tampil prima. Sosiawan juga tampil percaya diri, terutama karena puisi “Lebaran Ini Tak Kujenguk Peristirahatanmu” terasa mewakili suasana batinnya. Sekretaris PWI Jateng Setiawan Hendra Kelana juga tampak menghayati penampilannya.
Atal Depari, yang diwawancarai host Myra Azzahra, mengaku selama ini tidak biasa menulis puisi, tetapi lebih menjadi penikmat. “Saya senang ada acara seperti ini,” katanya, senada dengan komentar yang disampaikan oleh Ketua MPR Bambang Susatyo.
Seusai acara, Koordinator Kegiatan Bakhtiar Rivai menyatakan, PWI Jateng berniat menjadikan acara semacam ini sebagai kontemplasi rutin. “Banyak persoalan yang bisa kita respons dengan pikiran seni dan budaya semacam ini,” tutur wartawan RRI Semarang itu.
“Kami selalu siap berkolaborasi dengan PWI?” sambut Hery Pamungkas, Pimpinan TVKU Udinus.
Sementara itu, Amir Machmud menyampaikan respek atas kesediaan para tokoh berpartisipasi dalam acara PWI Jateng. “Puisi menjadi forum kontemplasi hati dan rasa dalam menandai kondisi zaman,” katanya.
SHK