blank
Peserta pelatihan peningkatan kompetensi wartawan dari berbagai media cetak dan online yang diselenggarakan oleh FWLJ bekerjasama dengan PWI Jateng di Gedung Pers Jl Tri Lomba Juang Semarang Kamis (5/8/2021). Foto : Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) Dalam menjalankan tugas kerja di lapangan, seorang Wartawan selalu terikat dengan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Sebab, KEJ menjadi semacam advokasi bagi wartawan agar terhindar dari celah sosial maupun celah hukum dalam penulisan pemberitaan.

“Jadi, jika semua pemberitaan sudah sesuai dengan KEJ, maka seorang wartawan akan aman dalam semua pemberitaan yang dibuatnya,” jelas Amir Machmud, NS Ketua PWI Jawa Tengah, saat memberikan materi Pelatihan Peningkatan Kompetensi Wartawan yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Lokal Jateng (FWLJ) bekerjasama dengan PWI Jateng di Gedung Pers, Jalan Tri Lomba Juang, Semarang, Kamis (5/8/2021).

blank
Amir Machmud, NS Ketua PWI Jateng menyampaikan materi tentang Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan materi lain di Gedung Pers Jl Tri Lomba Juang Semarang Kamis (5/8/2021). Foto : Absa

Celah sosial yang dimaksud, lanjutnya, yaitu resiko akan diburu atau dikejar-kejar oleh orang-orang yang tidak suka dengan pemberitaan yang dibuat oleh Wartawan. Sedang yang dimaksud dengan celah hukum adalah adanya tuntutan hukum secara pidana atas pemberitaan yang ditulis oleh Wartawan.

Dijelaskan pula tentang perbedaaan media massa dengan media sosial. Menurut Amir, media massa memiliki prosedur dalam hal pemberitaan serta ada standart jurnalistik yang dipertanggungjawabkan, sedang media sosial (medsos) merupakan wahana teknologi informasi hubungan antara personal dan inter personal yang memiliki platform tertentu.

Tehnik dan Etika Wawancara

blank
Widiartono, salah satu penguji UKW saat menyampaikan tentang Teknik dan Etika dalam wawancara dengan narasumber. Foto : Absa

Pemateri berikutnya disampaikan oleh Widiartono, yang memaparkan tentang tehnik dan Etika Wawancara bagi wartawan ketika berhadapan dengan narasumber.

“Dalam etika wawancara, jurnalis perlu melakukan kajian terlebih dahulu dengan narasumber. Kemudian saat janjian dengan narasumber, hindari keterlambatan. Jika perlu datang lebih awal dari jam yang disepakati,” papar penguji UKW ini.

Selain itu, lanjutnya, sebagai wartawan perlu memiliki kreatifitas dalam melakukan Wawancara ataupun dalam menghadapi narasumber yang belum pernah ketemu secara langsung.

“Jadi misalkan Anda sama sekali belum kenal dengan calon narasumber. Ada tekhnik tersendiri bagaimana bisa mengetahui sosoknya maupun namanya secara komplit tapi tetap gagah tidak malu-maluin di depan narasumbernya,” ungkapnya sabar, sembari menceritakan pengalamannya semasa menjadi wartawan selama 35 tahun.

Disampaikan pula kepada peserta, untuk menyiapkan minimal 5 daftar pertanyaan agar tidak bingung saat wawancara dengan narasumber. Selain juga untuk selalu berpakaian sopan dan rapi saat wawancara dengan narasumber.

“Dengan berpakaian sopan, lebih untuk menghargai diri sendiri. Karena, Anda lebih dihargai oleh narasumber dengan memakai kemeja seharga Rp 60 ribu, daripada Anda memakai kaos oblong seharga satu juta,” tandas Widiartono.

Absa

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini