KUDUS (SUARABARU.ID) – Jajaran Polres Kudus masih terus menyelidiki motif pembunuhan IIM (12), bocah asal Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, oleh ayahnya sendiri, EG (42).
Karena ada dugaan, pelaku yang juga mencoba bunuh diri memiliki gangguan kejiwaaan.
“Masih kami selidiki, termasuk kondisi kejiwaan pelaku, “kata Kapolres Kudus, AKBP Aditya Surya Dharma, Jumat (9/10).
Kapolres menyebutkan, saat ini EG masih menjalani perawatan intensif di RSUD dr Loekmonohadi setelah dirinya juga melakukan percobaan bunuh diri. Namun, dari mulut EG, polisi sudah mengantongi pengakuan kalau yang bersangkutan yang membunuh anaknya IIM.
“Saat kami periksa, dia sudah mengakui yang membunuh anaknya dengan cara menjerat leher anaknya dengan tali. Dan dari otopsi terhadap IIM si anak, kematiannya dikarenakan lemas akibat jeratan di lehernya, “tandas Kapolres.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya gangguan kejiwaan pada diri EG, kata Kapolres, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan tim Polda Jateng untuk mengecek kondisi psikologis yang bersangkutan.
Sehingga langkah hukum yang akan diterapkan pada EG, juga akan melihat hasil tes kejiwaan tersebut.
“Yang jelas, akan kami proses sesuai prosedur yang ada lah, “ujarnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, warga Kudus digegerkan tewasnya IIM, bocah yang masih duduk di bangku kelas VII SMP. Korhan diduga dihabisi oleh EG, ayahnya dengan cara dijerat dengan tali.
Dan kemudian, EG juga berusaha untuk bunuh diri dengan menyayat nadinya dengan pisau. Hanya saja, nyawa EG akhirnya bisa diselamatkan setelah mendapat perawatan medis.
Ironisnya, diduga EG nekat menghabisi nyawa IIm karena mengira si anak tertular Covid-19. Dugaan tersebut muncul setelah yang bersangkutan beberapa kali minta uji swab di Puskesmas Ngembal Kulon.
Kepala Desa Ngembal Kulon, Moh Khanafi menyebutkan kalau EG selama ini merupakan pribadi tertutup. Yang bersangkutan jarang berinteraksi dengan tetangga.
Khanafi juga menyatakan kalau kondisi ekonomi EG saat ini cenderung tertekan. Padahal, informasinya dulu EG sempat sukses berbisnis hingga akhirnya bangkrut.
“Dulu informasinya sempat sukses bahkan sempat jadi ketua Parpol di tingkat Kecamatan. Tapi kini kondisi ekonominya sedang terpuruk, “ujarnya.
Disinggung soal kondisi kejiwaan EG, Khanafi tak berani memastikan apakah yang bersangkutan memiliki gangguan kejiwaan atau tidak. Sebab, kesehariannya EG jarang sekali berinteraksi dengan warga lain.
“Kalau kondisi kejiwaan, itu ranah dari medis. Tapi memang selama ini dia jarang interaksi dengan tetangga, “tukasnya.
Khanafi juga mengiyakan adanya informasi kalau IIM bukan anak kandung EG.
Tm-Ab