ADA satu istilah yang menarik dalam dunia perfilman yang jarang disebut secara awam, entah sakral atau tabu. Torture Porn sebutannya. Sebuah istilah dengan makna menarik dibalik namanya.
Torture Porn merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sub-genre film horor yang lebih memfokuskan sinema nya melalui kekerasan fisik maupun psikologis.
Jika film horor pada umumnya hanya memberikan rasa takut yang sementara, Torture Porn membawa ini ke arah yang lebih ekstrem. Bisa dikatakan menuju pada level trauma.
Beberapa film populer yang bisa dikategorikan sebagai Torture Porn yaitu SAW (2004), Hostel (2005), dan The Human Centipede (2009). Adegan yang ditampilkan pada film ini begitu sadis dan begitu menyayat emosi kita sebagai manusia, karena empati yang dirasakan begitu kuat.
Namun anehnya, film populer ini begitu digemari oleh khalayak. Dengan melihat begitu banyak franchise yang disajikan oleh SAW, mengatakan bahwa film ini begitu banyak peminat nya. Alih-alih menjadi hal yang tabu, hal ini seakan menimbulkan sebuah fenomena fanbase tersendiri terhadap sub-genre ini.
Ada candu yang diberikan, seolah-olah penonton ketagihan dengan apa yang ditampilkan. Sebuah film yang baik akan memberikan rasa nyata pada saat menonton. Adrenalin dan ketegangan yang dirasakan begitu kencang, sampai-sampai merasa seperti tokoh di film. Entah merasa relate atau empati, tetapi candu itu bisa dirasakan.
Dengan adanya skena sub-genre ini, menunjukkan bahwa ketersukaan manusia begitu unik. Bagaimana sebuah horror yang dibawa ke arah kekerasan bisa disukai. Sungguh aneh tapi nyata, itulah sebuah titik kecil pada dunia cinephilia (orang yang punya minat besar terhadap film, teori film, dan kritik film) berada.
Dengan banyak nya film rilisan terbaru hingga sekarang, menujukkan bahwa eksistensi mereka masih bergerak dinamis dan berkembang.
Candu itu seakan tidak pernah pudar. Ya tentu saja, rokok pun masih digemari oleh masyarakat, meskipun itu berbahaya. Begitu pula “rokok” Torture Porn, yang menjadi sumber adiksi pada penggemar film di dunia.
Vederico Magas