blank
Wali Kota Semarang melakukan sidak ke pasar tradisional. Foto : Humas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kota Semarang menutup tahun 2024 dengan prestasi gemilang. Tak hanya sukses menjaga keamanan  dan ketertiban selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), ibu kota Jawa Tengah juga berhasil  mengendalikan inflasi di tengah  gejolak ekonomi global.

Di saat harga-harga meroket di  berbagai daerah, warga Semarang  justru bisa bernapas lega. Inflasi  terkendali di angka 0,22%, bahkan  kenaikan harga kebutuhan pokok  masih di bawah Harga Eceran  Tertinggi (HET).

Wali Kota Hevearita Gunaryanti  Rahayu atau yang akrab disapa Mbak Ita mengaku tak main-main dalam menjaga stabilitas harga.  Melalui Rapat Koordinasi (Rakor)  pengamanan Nataru, Ita  menegaskan komitmennya untuk  menjamin ketersediaan dan  keterjangkauan bahan pokok.

“Pasokan beras, minyak, dan bahan  pokok lain dari Bulog aman hingga  Mei mendatang. Stok gasolin dan  gas oil juga cukup untuk 13 dan 15  hari ke depan,” jelas Mbak Ita

Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra Sekda Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengungkapkan rahasia di balik  keberhasilan kota Semarang  mengendalikan inflasi. Kuncinya  ada  pada strategi 4K yang meliputi keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan, dan komunikasi efektif.

“Kami berkolaborasi dengan  berbagai pihak, termasuk Bulog,  Pertamina, dan pelaku usaha, untuk  memastikan  harga  tetap  stabil,”  ujar Hernowo.

Upaya-upaya tersebut membuahkan hasil dengan dinobatkannya Kota Semarang  sebagai Juara 1 kategori TPID  Kabupaten/Kota Wilayah Indeks  Harga Konsumen (IHK) Terbaik  pada November lalu.

Tak hanya berfokus pada  pengendalian harga, Mbak Ita juga  gencar mempromosikan urban farming sebagai solusi jangka panjang dalam memperkuat  ketahanan pangan. Langkah cerdas ini pun mendapat acungan jempol  dari Wakil Menteri Pertanian RI,  Sudaryono.

Urban farming bukan hanya  memenuhi kebutuhan masyarakat  secara mandiri, tetapi juga  membantu mengendalikan inflasi,”  puji Sudaryono beberapa waktu yang lalu.

Dengan inflasi yang terkendali,  harga bahan pokok yang stabil, dan  dukungan program urban farming,  Semarang kini menjadi kota yang  makin nyaman untuk ditinggali dan  berinvestasi. Masyarakat pun  dapat menyambut tahun baru  dengan optimisme dan semangat  baru.

Ita juga tak lupa mengimbau para pelaku usaha,  termasuk UMKM dan PKL, untuk  menjaga harga tetap wajar,  terutama di sektor pariwisata.

“Jangan sampai harga yang terlalu tinggi membuat wisatawan enggan  kembali ke Kota Semarang,”  tegasnya.

Dengan sinergi dan kolaborasi yang  kuat antara pemerintah, pelaku  usaha, dan masyarakat, Kota Semarang optimis menyongsong  tahun 2025 yang lebih baik. Inflasi  terkendali, harga stabil, dan  ekonomi bergairah akan menjadi  modal utama untuk mewujudkan  Semarang sebagai kota yang  sejahtera dan kota wisata yang  berkelanjutan.

Hery Priyono