blank
Ungker alias enthung alias ulat jati di Blora, sebagai makanan lezat bergizi. Sabtu, 9 November 2024. Foto: Kudnadi Saputro Blora

BLORA (SUARABARU.ID) —  Kepompong ulat daun jati atau ungker, oleh warga di Kabupaten Blora dan sekitarnya, biasa dijadikan kuliner lezat yang kaya protein. Dan, kini musim ungker atau enthung (kepompong ulat daun jati) mulai tiba,  beberapa warga disekitar hutan jati kembali berburu untuk dijual dan dimasak sendiri.

Hanya saja, karena tidak serentak dan masih sulit diperoleh, harga kepompong dari ulat daun jati itu pun masih tinggi, ungker yang merupakan metamorfosis dari ulat menjadi kepompong dan hanya dapat ditemukan saat pergantian musim kemarau ke musim hujan.

Ungker atau ada juga yang menyebut enthung, seorang pemburu ungker harus teliti dan hati-hati di bawah tegakan pohon jati. Keberadaannya di semak-semak daun jati yang rontok dan kering, biasanya di situ dijumpai sejumlah ungker kemudian dikumpulkan. Meskipun hasil yang diperoleh saat ini tidak mencapai 1kg dalam sehari, tetapi menjadi kepuasan dan menambah pendapatan warga.

“Tidak sampai dapat 1 kilogram. Saat ini takarannya per gelas dibungkus daun jati. Kami jual Rp 13.000 per gelas, satu gelas sekitar 1 ons. Ungker ini baru ambil, bisa dimasak untuk lauk,” kata Dyah Fitri Novianti salah seorang penjual ungker di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo. Sabtu, (9/11/2024).

Mencari ungker berangkat ke hutan pada pagi hari, lanjut Dyah Fitri Novianti,
kemudian menjelang sore hari pulang ke rumah, hasil buruannya dibungkus dengan daun jati dengan takaran gelas.

Sementara saat ini ditawarkan via medsos dan WhatsApp.  “Dicari pembeli ungker jati! melayani gelas/kiloan, bisa COD arah Blora kota jam 3 sore, Minat inbox / WA ya,” begitu tulisan Dyah Fitri Novianti lewat pesan singkatnya.

Ungker berwarna cokelat dengan ukuran satu hingga dua sentimeter. Beberapa warga sekitar hutan jati mencari ungker sembari  mengembala ternak sapi.

Pemburu ungker lainnya, Davin Pratama mengatakan berdasarkan pengalaman, keberadaan ungker akan mudah diperoleh ketika terik matahari berselang seling dengan turunnya hujan.

Sejumlah warga kini memanfaatkan media sosial seperti facebook, dan instagram untuk berjualan ungker.

Rp 80 ribu/Kilogram

Dengan mencantumkan nomor ponsel, dan mengunggah foto-foto hasil pencarian ungker. Davin, seorang penjual ungker mengaku, menjual dengan harga Rp 40 ribu per setengah kilogram yang artinya satu kilogramnya setidaknya Rp 80 ribu.