Oleh: Minna Muncar Rahmadhia
SECOND Account merupakan suatu istilah yang merujuk kepada sebuah akun tambahan yang dibuatkan dalam suatu media sosial, selain dari akun yang sedang digunakannya. Second Account dibuat agar seseorang dapat mengekspresikan diri lebih bebas, dan membuat lubang ekspresi kepada suatu kelompok.
Dalam Second Account itu, seseorang diberikan kebebasan untuk dapat bereksperimen dan membagikan konten sebebas-bebasnya. Pengguna biasanya menggunakan nama dan foto profil yang tidak berhubungan dengan akun pertama, untuk menjaga privasi diri.
Adapun beberapa fungsinya, sebagai tempat bagi individu untuk membagikan sesuatu tanpa takut. Ekspresi bebas yang ingin dialirkan tanpa adanya tekanan, melihat post orang lain tanpa ketahuan, sebagai tempat mencurahkan isi hati, tempat ekspresi nyata, tempat membagikan minat spesifik tanpa tekanan, quotes-quotes inspirasi atau motivasi, yang hanya ingin ditulis tetapi tidak di-publish, serta memisahkan antara kehidupan pribadi dan profesional dalam diri pengguna.
Tetapi, teryata fenomena ‘Second Account’ ini dapat memiliki dampak kesehatan mental pada Generasi Z. Beberapa hal menunjukkan. Second Account memiliki dampak sebagai berikut:
1. Stress dan Kebingungan
Memberikan pikiran, foto, dan pandangan yang lebih pribadi tentang diri kita memasilitasi segala macam sifat buruk ego, dengan eksperimen dari identitas yang mungkin Anda tidak dapat mengungkapkannya di dunia nyata.
Hidup dengan banyak identitas berbeda, biasanya menyebabkan stres dan kebingungan. Ketika orang memiliki identitas yang berbeda di banyak platform pertemanan, mereka mungkin merasa diperlukan untuk menjaga jarak dari satu identitas ke identitas yang lain. Ini bisa menyebabkan tekanan emosional yang sulit, terutama jika individu itu merasa perlu menyembunyikan diri mereka, agar dapat diterima di lingkungan yang berbeda.
2. Krisis Identitas
Identitas ganda yang dihadapi Generasi Z dalam menggunakan akun pertama dan kedua di media sosial, dapat menimbulkan konflik dan ketegangan antara dua dunia itu. Individu mungkin merasa perlu untuk menjaga citra yang sesuai dengan harapan sosial di akun utama mereka, sambil ingin mengekspresikan dirinya lebih bebas di akun kedua.
Ketegangan ini bisa menyebabkan kebingungan atau bahkan krisis identitas, yang bisa sangat dirasakan Generasi Z, yang dibesarkan dengan perubahan digital yang terus-menerus.
3. Isolasi Sosial
Bergantung pada akun kedua untuk mendapatkan validasi atau dukungan emosional, juga bisa menimbulkan masalah serius. Seseorang yang terlalu bergantung pada interaksi di akun itu untuk merasa diterima atau didengar, bisa mengakibatkan isolasi sosial di kehidupan nyata. Generasi Z yang tumbuh dalam lingkungan digital, mungkin kesulitan menyatukan identitas online mereka, dengan kehidupan sehari-hari di dunia nyata.
4. Keamanan Data dan Bahaya Pencemaran
Meskipun akun kedua biasanya lebih bersifat privat, dan hanya dapat diakses orang-orang terdekat, namun terdapat potensi konten yang dibagikan melalui akun itu, bisa ditemukan pihak yang tidak diharapkan, dengan dampak yang mungkin timbul menjadi konflik, terutama jika isinya memiliki sensitivitas atau kontroversialitas tertentu.
Tentang risiko privasi ini, dapat menambah beban emosional bagi individunya yang menggunakan akun kedua itu.
Secara garis besar, pemanfaatan akun kedua di platform media sosial, dapat berdampak negatif secara signifikan dalam kesehatan mental, seperti konflik identitas, isolasi sosial, dan risiko privasi.
Penting bagi setiap individu untuk memahami potensi dampak itu, dan mengambil tindakan untuk menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial bagi kesehatan mental yang lebih baik.
Agar tidak terkena dampak buruk dari akun kedua itu, bisa diterapkan beberapa strategi seperti berikut ini:
1. Tujuan Pembuatan
Sebelum membuat akun kedua (Second Account), pastikan Anda telah memahami alasan di baliknya dengan baik. Apakah untuk menghindari tekanan sosial yang ada dalam satu akun saja, atau untuk mengeksplorasi minat khusus Anda tanpa jeda.
2. Pemikiran Tentang Privasi
Pastikan bahwa Anda mengamankan dengan baik akun kedua Anda. Gunakan opsi privasi yang ada, seperti mengelola pengikut Anda, mengaktifkan mode pos pribadi, dan tidak berbagi informasi sensitif tentang dirimu. Ingatlah, kendati akun kedua lebih tertutup, masih terdapat risiko kehilangan data, jika tidak dilindungi dengan baik.
3. Hindari Pemikiran Dualisme Identitas
Tetaplah seimbang dalam mempertahankan identitas di akun utama dan kedua. Hindari menciptakan perbedaan yang terlampau besar antara keduanya, yang dapat menimbulkan stres atau konflik identitas.
4. Pemikiran Reflektif yang Konsisten
Lakukanlah evaluasi berkala tentang penggunaan kedua akun Anda. Periksalah, apakah manfaatnya masih relevan, dan apakah tidak menimbulkan dampak negatif seperti stres atau konflik identitas lainnya.
Dengan cara-cara itu, dapat membantu menjaga keseimbangan dan mengurangi dampak negatif dari akun kedua. Ingatlah, bahwa privasi dapat membantu menjaga keseimbangan interaksi yang sehat, demi meningkatkan kesehatan mental Anda.
— Minna Muncar Rahmadhia, Mahasiswi Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Undip —