KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Sekitar 150 pengusaha toko kelontong, grosir dan minimarket yang tergabung dalam Paguyuban Sampoerna Retail Community (SRC) se Kebumen, Rabu (23/10) berkumpul di RM Rest Area H Tino Jalan Urut Sewu, Ambal.
Rupanya, hari itu para juragan toko kelontong masa kini dari warung hingga grosir itu sedang punya gawe pertemuan rutin yang dipadu pembagian voucher dan pengundian hadiah. Sekaligus sharing atau berbagi pengalaman dalam mengelola usaha eceran.
Yang menarik, acara dikemas santai namun serius. Ibarat menjadi ajang adu kisah sukses sekaligus sebagai jalinan erat untuk terus mengembangkan kemitraan bisnis. Para juragan yang berkumpul di acara bertajuk Yuk Belanja ke SRC (YBKS) “Sinar Lawet” itu cair dan gayeng.
Menurut Ketua Panitia Subardi, saat ini ada sekitar 400 warung modern dan toko kelontong hingga grosir di Kebumen tergabung dalam Paguyuban SRC. Pihaknya juga mengundang Dinas Sosial, Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kebumen pada acara tersebut.
Subardi mengakui, anggota Paguyuban SRC selama ini memperoleh binaan dan pendampingan bisnis serta marketing secara gratis dari Samoperna.
”Kami semua tidak kena biaya, murni pendampingan dari SRC. Acara ini pun mandiri sebagai wahana tukar pikiran memajukan usaha dan berbagi kisah sukses,”tandas pemilik retail di Jalan Raya Sruweng dan Desa Mengkowo, Kebumen itu.
Layanan Digital dan Aplikasi
Subardi mengaku mulai terjun ke toko kelontong baru tahun 2019 dari nol. Semula dia pengusaha kayu.”Kami ini pelaku usaha kecil tidak boleh kalah saing sehingga harus mengikuti teknologi dengan layanan digital,”terang pengusaha yang omsetnya Rp 7 juta -Rp 8 juta sehari itu.
Wawan, pengusaha grosir SRC Sami Rukun mengisahkan, untuk bisa menjual secara digital awalnya tidak mudah. Namun dengan terus belajar dan konsisten mengikuti petunjuk dari mitra SRC akhirnya bisa bejalan. Kini sebagian besar penjualan memakai aplikasi dan dia melayani pelanggan dan konsumen mitra pada radius 10-15 kilometer.
Lain lagi pengalaman Iwan yang juga pengusaha retail dan termasuk grosir. Sejak bergabung dengan SRC, omset usahanya terus meningkat. Apalagi pihak SRC memberikan pendampingan dari penataan barang, marketing hingga pemasaran agar mampu bersaing dengan mini market yang sudah besar.
“Konsumen saya anggap keluarga. Kami juga menerapkan prinsip familial relationship atau hubungan akrab karena konsumen ibarat saudara. Kami dekat dan mereka kami anggap saudara,”jelas Iwan atau Barkah Satiawan.
Sementara itu Subardi menambahkan, dengan bergabung di paguyuban, para pengusaha kelontong SRC merasakan banyak manfaat. Awalnya tidak mudah untuk meraih sukses dari toko kelontong. Dengan inovasi pelayanan dan manajemen hingga marketing terus ia lakukan usahanya meningkat.
“Bayangan kami 5-10 tahun ke depan tidak ada lagi orang berbelanja ke warung atau datang ke toko. Kita harus bisa mengantisipasi dengan aplikasi dan penggunaan teknologi digital. Mau tidak mau, warung dan toko kelontong harus menyesuaikan perkembangan zaman,”tandas Subardi.
Komper Wardopo