JEPARA (SUARABARU.ID) – MGMP Bahasa Jawa SMA Provinsi Jawa Tengah melalui MGMP Bahasa Jawa SMK Kabupaten Jepara senantiasa berkomitmen untuk mendorong agar Aksara Jawa yang telah masuk dalam ranah digital makin luas dikenal oleh masyarakat, khususnya oleh guru Bahasa Jawa.
Hal itu, diwujudkan melalui kegiatan Fasilitasi Implementasi Digitalisasi Aksara Jawa SMA, SMK, SMP, dan SD Kabupaten Jepara bertempat di Gedung Multimedia SMK Negeri 2 Jepara pada hari Kamis tanggal 10 Oktober 2024.
Kegiatan tersebut diikuti oleh guru bahasa Jawa di Kabupaten Jepara yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa jenjang SMK sebanyak 25 orang, SMA sebanyak 20 orang, SMP 11 orang, dan SD satu orang.
Kegiatan ini diketuai oleh Agus Setiawan, S.Pd. yang juga merupakan Ketua MGMP Bahasa Jawa SMK Kabupaten Jepara.
Narasumber yang hadir dalam kegiatan ini, yaitu Triana Kanthi Wati, S.Pd., M.Pd., Dwi Syaeful Mujab, S.Pd., M.Pd., Ikke Kusumawati, S.Pd., M.Pd., Setya Amrih Prasaja, S.S., dan Tinto Bondan Reksoprojo, S.E., kelima narasumber tersebut sangat kompeten di bidangnya masing-masing.
Dr. Sugiyanto, S.Pd., S.ST., M.Pd. selaku Plt. Kepala SMK Negeri 2 Jepara dalam sambutannya pada pembukaan acara tersebut menyampaikan bahwa digitalisasi aksara Jawa sangat penting dikenalkan kepada peserta didik melalui guru Bahasa Jawa sebagai upaya untuk melestarikan aksara Jawa di kalangan generasi muda saat ini atau yang lebih dikenal dengan istilah Gen Z seiring dinamika teknologi informasi dan komunikasi yang kian maju.
Keberadaan budaya menulis dan mengenal aksara jawa juga merujuk kepada jati diri dan identitas Nasional, sehingga sangat diperlukan upaya konservasi sebagai konfigurasi konkret Melu Memayu Hayuning Bawono.
Melalui tempaan tradisi jawa yang sangat menjunjung tinggi tata nilai dan norma, maka sudah dipastikan realitas sosial akan mencapai stabilitas dan harmonisasi yang didambakan setiap elemen masyarakat.
Sementara di Era globalisasi ini menciptakan sebuah perubahan sosial, sehingga transnasional menjadi keniscayaan yang harus dihadapi. Apabila hal ini tidak disikapi dengan bijak, tentu budaya Jawa yaitu aksara Jawa yang adiluhung dapat terdegradasi, implikasinya jelas terjadi dekadensi moral di dalam masyarakat.
Oleh karena itu program digitalisasi aksara jawa memberikan signifikansi terutama untuk menjaga keberlangsungan budaya di tengah perubahan tatanan sosial global.
Dr. Sugiyanto juga menambahkan, guru Bahasa Jawa diharapkan dapat mengajarkan Unggah-ungguh kepada peserta didik dengan baik dan benar guna menjaga jatidiri budaya Jawa.
Apa yang disampaikan oleh Dr. Sugiyanto, selaras dengan Ketua MGMP Provinsi Jawa Tengah, Triana Kanthi Wati, S.Pd., M.Pd., dalam sambutannya menyatakan bahwa melalui kegiatan ini, guru Bahasa Jawa yang hadir diajak untuk dapat belajar tentang Aksara Jawa secara digital dengan mengunduh dan memasang font Aksara Jawa di gawai yang dimiliki, seperti smartphone, laptop, tablet, dan sejenisnya.
Selanjutnya, guru Bahasa Jawa kedepannya diharapkan dapat menerapkan dan menularkan ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini kepada peserta didik di satuan pendidikan masing-masing.
Selain itu, dalam sambutan pembukaan acara ini, Drs. Budi Husada selaku Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan Provinsi DI Yogyakarta mengajak satuan pendidikan, selain melestarikan Aksara Jawa, juga melestarikan gamelan Jawa, khususnya SMK yang memiliki kompetensi keahlian bidang kriya logam seperti SMK Negeri 2 Jepara.
Narasumber dari Dinas Kebudayaan Provinsi D.I. Yogyakarta, Setya Amrih Prasaja, S.S. mengungkapkan bahwa Aksara Jawa telah masuk ranah digital dan siap untuk go international dengan cara mendaftarkan pada ISO 3166 dan ISO 369 untuk mendefinisikan kode huruf dan/atau angka yang diakui secara internasional yang dapat digunakan saat merujuk pada negara dan turunannya.
Kesulitan
Dewasa ini, peserta didik pada umumnya cenderung merasa kesulitan dalam memahami aksara Jawa. Hal itu, banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya menurut narasumber Ikke Kusumawati, S.Pd., M.Pd. penyebabnya adalah banyaknya Paugeran tentang tata penulisan Aksara Jawa yang beredar dan diajarkan di setiap satuan pendidikan.
Hal itu, dapat membuat multitafsir tentang tata penulisan aksara Jawa. Oleh sebab itu, para guru Bahasa Jawa harus memahami bahwa Paugeran tata penulisan Aksara Jawa yang dipakai adalah Paugeran Sriwedari 1926.
Hal itu berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan Aksara Jawa , imbuh Ikke Kusumawati, S.Pd., M.Pd. yang juga merupakan guru Bahasa Jawa pada SMA Negeri 1 Kartasura, Sukoharjo.
Senada dengan hal itu, narasumber Dwi Syaeful Mujab, S.Pd., M.Pd. menyampaikan supaya para guru Bahasa Jawa lebih kreatif dan inovatif dalam mengajarkan Aksara Jawa kepada peserta didik melalui berbagai aplikasi yang ada sehingga dapat memudahkan dalam pemahaman tentang aksara Jawa.
Peserta kegiatan ini, sangatlah antusias karena mereka memperoleh ilmu dan wawasan baru tentang digitalisasi aksara Jawa dari narasumber yang sangat kompeten.
Harapan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah setiap peserta dapat mendeseminasikan kegiatan ini kepada guru-guru lainnya yang belum dapat mengikuti kegiatan Fasilitasi Digitalisasi Aksara Jawa. Selain itu, tujuan utama dari kegiatan ini adalah ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam pembelajaran kepada peserta didik di kelas.
Hadepe – Panjang Afra