JC Tukiman Tarunasayoga
“KEKAYAAN INTELEKTUAL” masyarakat Jawa lewat bahasanya memang luar biasa kaya. Satu fakta, atau bisa juga satu peristiwa saja ungkapannya maupun interpretasinya bisa bermacam-macam.
Tetangga saya bekerja di sektor transportasi umum, karena itu biasa melakukan berpergian, dan hampir selalu ada mobil nongkrong di depan rumahnya. Ia baik hati, suka menawar-tawarkan ke tetangga: “Siapa besok pagi akan ke arah utara, bareng aku wae?” Maksudnya, ia mengajak satu atau dua orang tetangga bisa berangkat Bersama-sama apabila bepergiannya ke arah utara.
Ungkapan bareng aku wae, di atas, bermakna ia ngajak-ajak tetangga ngancani atau barengi. Dan pihak tetangga yang membersamai itu disebut diajak, sering diucapkan lebih singkat dijak.
Bisakah diajak atau dijak seperti itu disama-maknai dengan nunut atau pun melu? Konkritnya, dumeh kancane pilot, si Bolang bola-bali nunut ke Bali; kapan itu malah melu tekan Timika. Adakah kesamaan arti antara nunut, melu, diajak, dan bonceng?
Nunut
Kosakata Bahasa Jawa tidak mengenal kata nebeng, dan yang ada ialah nunut. Makna nunut kurang lebih sama dengan bonceng, yaitu melu barengi nunggang, nganggo, utawa tetuku. Intinya, nunut atau bonceng itu ada pada kata melu barengi, ikut bareng-bareng, atau membersamai. Ikut bareng-bareng dalam hal apa? Bisa dalam hal berkendara, dalam hal memakai barang, atau pun dalam hal beli-membeli.
Baca juga Mulya, Mulyani, Mulyana, lan Mulyawan
Bolang yang bola-bali ke Bali dumeh kancane pilot tadi menjelaskan bahwa seperti itulah nunut. Bolang minta bareng, nembung, dan pasti ora bayar lha wong nunut. Mana ada orang nunut kok bayar? Tidak ada. Memang, mungkin saja diam-diam temannya yang pilot itu sing bayari tikete.
Hal yang sama pada arti bonceng, yakni nunut nunggang meski mungkin di bagian belakang saja. Dan pasti ora bayar wong bonceng kuwi.
Melu atau dijak
Pertanyaannya semakin menarik terkait Bolang tadi, yakni: Sebenarnya, Bolang itu melu apa dijak, sihhhhh? Melu memiliki tiga makna, yakni (a) tumut atau dherek, yaitu ikut; (b) tutburi, bahasa srimulatnya menginthili, mengikuti terus di belakangnya; dan (c) tumindak bareng-bareng, bebarengan, melakukan secara bersama-sama.