Jika kita menengok ke belakang, fenomena kotak kosong ini bukan merupakan hal baru. Pada Pilkada 2020, ada sekitar 25 paslon tunggal yang tersebar di 270 daerah, dengan persentase 9,26 persen. Sementara pada tahun 2024, 37 paslon tunggal dari 545 daerah atau sekitar 7,8 persen.
Khusus, di Jawa Tengah, ada 3 daerah yang berpaslon tunggal yang akan melawan kotak kosong pada pilkada 2024, yakni Banyumas : Paslon Sadewo Tri Lastiono-Dwi Asih Lintarti, kemudian Sukoharjo : Paslon Etik Suryani-Eko Sapto Purnomo dan wilayah Brebes : Paslon Paramitha Widya Kusuma-Wurja.
Itulah mengapa masyarakat harus diberi sosialisasi dan pemahaman kompehensif. Karena mendorong masyarakat memilih kotak kosong adalah langkah yang tidak arif. Sebab, jika kotak kosong yang menang, justru masyarakat sendiri yang dirugikan karena dipimpin penjabat yang tidak mereka pilih. Yang pasti mengadapi pilkada 2024 ini semua pihak perlu cancut taliwanda untuk menghapus buta politik, menghalau penumpang gelap demokrasi, terutama politik uang juga hoaks dan ujaran kebencian.
Barangkali kalau kita mau jujur, terbitnya kotak kosong itu lebh pada minimnya potensi dan kapasitas kader dan lemahnya parpol. Bisa aja, ada ketidak percayaan diri parpol dalam mempromosikan kadernya. Di luar itu, kotak kosong bermunculan dimungkinkankan karena adanya biaya politik tinggi, seperti biaya kampanye, pembuatan APK, kegiatan sosialisasi dan atau edukasi politik lainnya bahkan mngkin juga soal mahar politik.
Mendukung dan menjaga pilkada berjalan lancar dan jurdil menjadi dambaan kita bersama. Untuk itu, masing-masing paslon maupun pribadi dapat, bahkan, harus mengambil peran untuk ikut mewujudkan wajah Indonesia yang selalu guyub rukun, gotong royong dan damai. Menghasilkan pemimpin lokal yang berkualitas dan memiliki komitmen tinggi untuk menyelenggarakan pemerintahan secara bersih dan berupaya maksimal untuk menyejahterakan rakyatnya.
Kita akui dan percaya bahwa di balik sukses setiap manusia, termasuk paslon yang berlaga di pilkada 2024, bahwa siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin pasti ada “tangan” Tuhan yang mengatur mewujudkan semua itu. Disinilah pentingnya doa dan usaha yang maksimal. Pastikan kita memberikan hak konstitusional sebagai warga Negara di bilik TPS pada pilkada 2024 dengan sumringah.
Melunasi Piutang
Kota kosong menjadi lawan paling berat, bahkan bisa saja menjadi beban moral dan mental bagi paslon tunggal. Memang, kalau tidak cakap dan waspada, maka Pilkada Wali Kota Makassar pada 27 Juni 2018 berpaslon tunggal, yakni Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi, yang berujung kekalahan melawan kotak kosong dapat saja terulang kembali.
Pengalaman berbeda, ketika kita membaca ulang daya juang paslon Ahmed Zaki Iskandar dan Mad Romli melawan kotak kosong dalam Pilkada Kabupaten Tangerang pada 2018. Waktu itu, paslon ini menang atas “kotak kosong.” Makasar dan Tangerang punya kisah dan kenangan bagi paslon dan tim-nya masing-masing.