blank
Sekitar 500 siswa SMP Negeri 2 Giritontro, Kabupaten Wonogiri, menggelar drama kolosal perjuangan Pangsar Sudriman, dalam ikut memeriahkan acara Tujuhbelasan.(Dodk.Ist)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Adalah Sudiharto, sastrawan yang menorehkan karya puisinya tentang keagungan sosok Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Sudirman. Sudiharto, lahir di Tegal, Jateng Tanggal 14 Juli 1942, dan meninggal dunia di Jakarta Tanggal 14 Oktober 2012.

Sebagai sastrawan, dia poluler memakai nama Sides Sudyarto DS (Sides yang artinya Seniman Desa). Huruf D juga dia maknai sebagai nama ibunya, yaitu Djaiyah. Huruf S adalah singkatan nama ayahnya, yaitu Soedarno).

Berikut karya puisi Sides Sudiyarto DS: /Panglima Besar Sudirman, Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga, Ikut bersamamu menyandang senapan, Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945./ Jendral yang perwira, Ketika kau mengembara bergerilya, Segenap putra-putri Indonesia terpanggil, Untuk menghantarmu maju ke medan laga, Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan/. 

Sudirman pahlawan agung, Dengan paru-paru sebelah kau atur komando, Perjuangan nasional semesta Nusantara, Dari atas tandu tergolek badanmu, Mengatur siasat ke segala penjuru. Demi kebebasan tanah air nan satu/.

Sudirman (24 Januari 1916 – 29 Januari 1950), dihormati oleh rakyat Indonesia. Kisah perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corps (semangat solidaritas menggerakkan semua anggota kelompok profesional yang sama) bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selama berjuang, Pangsar Jenderal Sudirman melakukan perang gerilya di wilayah selatan-selatan Pulau Jawa (Yogyakarta, Jateng dan Jatim). Sebagian route gerilyanya tersebut, yakni sepanjang 100 Kilometer (KM), dibakukan sebagai bagian yang harus ditempuh oleh para Taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer (Akmil).

Tokoh pahlawan Nusantara yang heroik dan legendaris ini, fotonya ditampilkan dalam cetakan uang kertas rupiah keluaran Tahun 1968. Namanya diabadikan menjadi nama sejumlah jalan, universitas, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Bangsa Indonesia.

Pantang Menyerah

Diilhami oleh sosok heroik Pangsar Sudirman. Yakni pahlawan berjiwa nasionalis patriotisme, bersemangat juang pantang menyerah dan lebih baik mati berkalang tanah daripada menyerah ke penjajah tersebut, mendorong sekitar 500 siswa SMP Negeri 2 Giritontro, Kabupaten Wonogiri bersemangat menggelar drama kolosal Pak Dirman.

Dipimpin Kepala Sekolah (Kasek) Retno Wulandari SPd, MPd, para siswa tampil memainkan drama kolosal perjuangan Pangsar Jendral Sudirman. Menampilkan sisi heroiknya dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dari penjajah.

Drama kolosal ini, ditampilkan Sabtu (17/8/24) sore menjelang dilakukan upacara penurunan bendera dalam upacara memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-79 di Lapangan Giritontro (skeitar 65 Kilometer selatan Ibukota Kabupaten Wonogiri).

Tokoh masyarakat Wonogiri, Sriyanto, menyatakan, aksi para siswa tersebut mendapatkan sambutan oleh ribuan warga beserta tamu undangan yang hadir.

”Ini merupakan hasil garapan keluarga besar SMP Negeri 2 Giritontro,” jelas Retno Wulandari. Tujuan, untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme kepada anak didik, serta memberikan edukasi pada masyarakat.(Bambang Pur)