Menunggu poros ketiga dalam Pilkada Jepara.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Kabupaten Jepara benar-benar menjadi salah satu daerah yang spesial dalam perhelatan pilkada 2024. Bagaimana tidak, di saat kabupaten lain jauh-jauh hari telah mengumumkan pasangan calon (paslon), para elit partai di kota ukir ini sampai tingkatan pusat (DPP) masih bisa berubah setiap waktu.

Hal ini terlihat pasca turunnya rekom dari DPP NasDem kepada pasangan Nuruddin Amin (Gus Nung) dan M. Iqbal, Senin (20/8/2024). Padahal seperti kita ketahui bersama, DPC NasDem Jepara merupakan salah satu motor penggerak koalisi tujuh partai yang mendukung Witiarso Utomo.

Jika sebelumnya Gus Nung yang juga sebagai Ketua DPC PKB Jepara telah mendapatkan rekom dari DPP PKB, dengan bergabungnya Partai NasDem untuk mengusung pasangan Gus Nung-Iqbal konstelasi politik di kota ukir ini berubah drastis. 14 kursi dari PKB dan NasDem lebih dari cukup untuk pasangan ini melenggang maju.

Klaim koalisi besar yang digadang-gadang akan memunculkan calon tunggal Witiarso Utomo untuk melawan kotak kosong mulai terpatahkan seiring dengan dinamika politik yang ada, baik di daerah maupun pusat.

Witiarso Utomo-M. Ibnu Hajar saat ini telah mengantongi rekom dari PAN (2) dan Demokrat (2), dan dikabarkan akan disusul oleh Golkar (4), Gerindra (8), PPP (10). Kendati demikian, untuk ketiga partai yang disebutkan terakhir, ada beberapa klausul yang masih bisa saja berubah sesuai dengan dinamika yang ada.

Misalnya, di dalam surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh DPP PPP untuk pasangan Witiarso Utomo-M. Ibnu Hajar tertanggal 16 Agustus 2024. Surat yang beredar luas ini bertanda tangan Plt. Ketua Umum Mardiono dan Sekjen M. Arwani Thomafi.

Di dalam surat tersebut point (4) berbunyi: rekomendasi ini berlaku hingga dikeluarkannya Surat DPP PPP tentang persetujuan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Jepara. Dilanjutkan point (5) berbunyi: apabilla di kemudian hari terdapat kekeliruan atas surat rekomendasi ini maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Melihat dinamika yang ada semua masih bisa saja berubah di detik-detik akhir. Bahkan PDIP (8) dan PKS (2) belum menentukan sikapnya akan mengusung siapa dalam pilkada Jepara. Artinya, tiket untuk poros ke tiga masih terbuka lebar. Masih ada PDIP, Gerindra, Golkar, PKS dan PPP.

Jika ada yang menganggap Pilkada Jepara adalah pilkada yang puinuk (sangat mudah) mungkin karena bukan pelaku dalam proses pilkada itu sendiri. Namun yang paling penting mari kita sambut Pilkada Jepara dengan riang gembira, tanpa politik baperan. Karena seperti yang sering dikatakan oleh para pengamat, politik itu tidak ada lawan abadi, tidak ada kawan abadi. Yang ada hanya kepentingan.

ua