SEMARANG (SUARABARU.ID) – Indonesia dengan sektor industri tekstilnya yang kuat, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan air limbah yang dihasilkan dan berpotensi terjadinya pencemaran.
Limbah cair dari industri tekstil mengandung zat pencemar kompleks seperti pewarna sintetis dan bahan kimia berbahaya yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Namun, penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. Rame telah menemukan solusi inovatif yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Dr. Rame, seorang lulusan Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro (Undip) dengan predikat cumlaude, dalam penelitian disertasinya berhasil mengembangkan Sistem Filtrasi Ozonasi Katalitik yang mampu mengolah air limbah industri tekstil secara efektif.
Penelitiannya yang telah diterbitkan dalam tujuh artikel jurnal internasional terindeks Scopus Q1 dan Q2, 11 artikel prosiding internasional terindeks Scopus, dan 10 jurnal nasional terindeks Sinta 2.
Teknologi ini dapat mengurangi konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) dari 552,74 mg/L menjadi 105,05 mg/L dengan efisiensi 80% dan penurunan warna dari 374,27 PtCo menjadi 11,82 PtCo dengan efisiensi penurunan 96%.
Teknologi ini menggabungkan penggunaan ozon sebagai agen oksidan dengan material katalitik PtO2PdO.C.Zeolit untuk meningkatkan efisiensi degradasi kontaminan.
“Ozonasi katalitik terbukti mampu menguraikan kontaminan organik yang sulit diolah dengan metode konvensional,” katanya saat memberikan keterangan, Senin 19 Agustus 2024.
Pengujian skala laboratorium menunjukkan bahwa teknologi ini mampu menurunkan konsentrasi COD dan warna secara signifikan, memenuhi persyaratan baku mutu air limbah industri tekstil sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Penelitian Dr. Rame juga menggunakan pendekatan machine learning, termasuk Physics-Informed Neural Networks (PINNs) dan Random Forest, untuk memodelkan dan memprediksi kinerja sistem.
Model ini memungkinkan optimasi kondisi operasional secara dinamis berdasarkan data yang diperoleh, meningkatkan efisiensi sistem secara keseluruhan.
“Penerapan teknologi Sistem Filtrasi Ozonasi Katalitik tidak hanya berdampak positif pada lingkungan, tetapi juga ekonomis,” katanya lebih lanjut.
Biaya operasional untuk sistem ini diperkirakan sebesar Rp 6.271 per m³ air limbah yang diolah, lebih ekonomis dibandingkan dengan metode pengolahan konvensional.
Selain itu, teknologi ini mendukung keberlanjutan lingkungan dengan mengurangi penggunaan air baru melalui daur ulang air limbah yang telah diolah.
Dengan adanya teknologi ini, industri tekstil Indonesia dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan lebih lanjut dan uji coba pada skala industri yang lebih besar diharapkan dapat menyempurnakan dan mengimplementasikan teknologi ini secara efektif dalam kondisi operasional sebenarnya.
Dr. Rame menyatakan jika penelitian ini bisa berkontribusi terhadap pengembangan teknologi pengolahan air limbah.
“Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan teknologi pengolahan air limbah yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta memberikan dasar yang kuat untuk aplikasi lebih lanjut dalam skala industri,” ujar Rame.
Penemuan ini menunjukkan bahwa dengan inovasi dan penerapan teknologi canggih, tantangan lingkungan dapat diatasi secara efektif, memberikan harapan bagi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Hery Priyono