Oleh: Amir Machmud NS
// tak kuasa melawan realitas/ maka dia mencoba beranjak/ membangun kenyataan/ dalam petualangan baru/ dalam lingkungan baru…//
(Sajak “Pilihan Julian Alfarez”, Agustus 2024)
SEBUAH keputusan harus diambil: akan bertahan, atau pergi.
Dilematika itu harus ditempuh oleh Julian Afarez, striker Argentina yang bermain untuk Manchester City. Dia tetap memilih bertahan di klub juara Liga Primer itu, atau berpindah klub demi jaminan mendapat cukup menit bermain.
Persoalannya hanya satu, keberadaan Erling Haaland. Bomber utama City itu telah terbukti menjadi momok bagi kiper klub mana pun dalam urusan mengemas gol.
Dengan Haaland, City membukukan gol demi gol. Kalau bukan karena cedera, sulit bagi pelatih Pep Guardiola untuk mencadangkannya; namun Alfarez juga membuktikan ketajaman serupa, meskipun tetap di bawah bayang-bayang produktivitas Haaland.
Ketika dia berbicara dengan sang pelatih untuk meminta dijual, Pep sangat memahami dilema Alfarez. Striker 24 tahun itu butuh cukup menit bermain untuk tetap mendapat tempat di tim nasional Argentina. Semua tahu, di tim arahan Lionel Scaloni itu berderet penyerang kelas satu. Dari Lautaro Martinez, Alejandro Garnacho, Angel Di Maria, Angel Correa, hingga Nicolas Gonzales. Mereka akan mendampingi Lionel Messi, sama dengan peran Alfarez dalam tim Piala Dunia 2022.
Satu-satunya jalan adalah memiliki cukup menit bermain untuk membuktikan gol-gol. Dan, bagi Alfarez, ada realitas bahwa City tetap memercayainya; namun tim juga butuh keberadaan Haaland. Bagaimana pun, dia tetap nomor dua di bawah striker Norwegia itu.
Dan, akhirnya Alfarez memilih yang dia anggap sebagai opsi terbaik: memilih klub untuk mendapat lebih banyak kesempatan bermain. Ketika Atletico Madrid meminangnya, dia pun menyepakati.
Rekor Penjualan City
Julian Alfarez akhirnya memecahkan rekor penjualan Manchester City, setelah Atletico Madrid memboyongnya dengan banderol 95 juta Euro atau sekitar Rp 1,6 triliun. Pada 2022, ketika dibeli dari River Plate, harganya 21,4 juta Euro atau sekitar Rp 377 miliar.
Sebelum ini, angka termahal didapat City dari penjualan winger internasional Inggris, Raheem Sterling pada 2022 dengan Rp 992 miliar.
Fakta dan angka memperlihatkan potensi Alfarez, walaupun pada sisi lain dia juga dihadapkan pada kenyataan betapa Erling Haaland tetap membayangi.
Dalam hal gol sebagai target utama striker, misalnya. Alfarez di bawah produktivitas Haaland. Selama dua musim, Alvarez mencetak 36 gol, sedangkan Haaland 90 gol. Alfarez punya sedikit keunggulan assist dibandingkan dengan Haaland, 17 – 15.
Sedangkan dalam urusan tembakan, Haaland unggul dengan 360, yang 183 di antaranya on target. Angka 50 persen itu di atas capaian Alfarez yang melepas 214 tendangan, 98 sesuai sasaran atau 46 persen.
Fakta-fakta ini cukup menjelaskan, mengapa Haaland tetap menjadi pilihan utama Pep Guardiola. Artinya, selama Haaland bugar dan tidak mengalami hambatan cedera, sulit bagi Alfarez untuk menggeser posisinya. Maka beralasan kalau dia memilih opsi pindah klub.
Pep memahami kondisi ini. Katanya, “Dia sangat dicintai oleh tim karena perilakunya, tetapi seperti yang sudah saya katakan berkali-kali untuk banyak pemain sebelumnya, dia ingin pergi dan mencari tantangan baru”.
Alfarez, seperti dikutip detik.com 13 Agustus 2024, juga menyampaikan kalimat perpisahan dengan manis, “Kepada rekan-rekan satu tim, terima kasih atas setiap momen yang telah kita lalui bersama, atas usaha dan dedikasi dalam setiap sesi latihan dan setiap pertandingan. Saya belajar banyak dari kalian semua. Saya tetap memiliki kenangan dan persahabatan yang akan bertahan selamanya…”
Ada banyak kisah seperti Alfarez, yang berada dalam dilema antara potensi dan realitas persaingan. Apa yang dialami Ole Gunnar Solskjaer pada 1990-an bersama Manchester United menggambarkan perjuangan pemain asal Norwegia itu.
Karena Alex Ferguson memiliki banyak alternatif lini depan seperti Teddy Sheringham, Dwight Yorke, Andy Cole, dan Ruud van Nistelrooy, dia lebih banyak memulai laga dari bangku cadangan. Solskjaer mengokohkan diri sebagai “super-sub” atau cadangan super, dengan predikat The Baby Faced Assassin.
Dia tidak kehilangan sinar bakatnya, menembus persaingan yang sebegitu ketat dengan caranya.
Di La Liga
Bakal mampukah Julian Alfarez menaklukkan tantangan baru di La Liga?
Sukses bersama City dengan sederet trofi dari Liga Primer, Piala FA, Liga Champions, Piala Suoer Eropa, dan Piala Dunia Antarklub — walaupun tersisih sebagai pilihan kedua oleh Haaland — tentu bukan jaminan dia bakal moncer bersama Atletico Madrid. Dan, di bawah arahan pelatih senegara asalnya, Argentina, Diego Simeone dia akan memulai petualangan baru.
Alfarez akan bersaing mendapat tempat utama dengan para penyerang Los Rojiblancos: Antoine Griezmann, Angel Correa, Sergio Camello, dan Memphis Depay.
Kecuali bertemu dalam satu klub dengan kompatriotnya, Angel Correa, dia juga akan sebarisan dengan gelandang bertahan Roberto De Paul yang telah terbiasa bahu membahu di tim nasional Albiceleste. Bahkan De Paul-lah yang ikut merayu dalam proses kepindahannya ke Atletico.
Mampukah Alfarez menembus rivalitas itu, dan menegaskan bahwa keputusannya pindah dari The Citizens adalah langkah yang benar?
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —