Tim peneliti UKSW ciptakan Ness-App, revolusi penilaian kualitas sarang burung walet berbasis AI di Indonesia. Foto: UKSW

“Ness-App adalah terobosan teknologi yang sangat dibutuhkan dalam industri ini. Dengan aplikasi ini, para petani walet bisa melakukan penilaian kualitas dengan lebih cepat dan tepat,” tandas Dr. Hanna.

Kolaborasi antara UKSW dan PT Waleta Asia Jaya dalam pengembangan Ness-App memberikan manfaat yang luas bagi berbagai pihak. Bagi industri, aplikasi ini meningkatkan efisiensi pemilahan hingga 4-5 kali lipat, memungkinkan pengolahan sarang burung walet mentah menjadi bersih lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar. Bagi akademisi, terutama mahasiswa dan dosen di UKSW, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang terintegrasi dalam proyek ini membuka peluang penelitian dan pengembangan, menghasilkan karya ilmiah, dan menciptakan lapangan pekerjaan berkelanjutan.

Antusiasme tinggi petani walet

Dr. Hanna juga mengungkapkan, meskipun inovasi ini menjanjikan, tantangan utama terletak pada adaptasi teknologi oleh para petani yang telah terbiasa dengan metode manual. Keraguan terhadap teknologi digital menjadi hambatan awal, namun uji coba di lapangan bersama komunitas petani walet di Salatiga menunjukkan hasil yang positif dan antusiasme yang tinggi.

“Sosialisasi dan edukasi terus dilakukan untuk memastikan bahwa para petani dapat merasakan manfaat penuh dari Ness-App,” jelas Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Sains Data FSM ini.

Ia mengungkapkan, Ness-App tidak hanya diharapkan menjadi standar dalam industri sarang burung walet di Indonesia, tetapi juga diakui secara global. Upaya untuk memasukkan aplikasi ini ke Google Play dan mengajukan hak cipta serta paten, menunjukkan komitmen untuk menjadikan Ness-App sebagai alat yang mudah diakses dan digunakan oleh para petani.

Saat ini, tim peneliti sedang mengembangkan inovasi lanjutan dari aplikasi Ness App dengan nama Cabin AI-Walet yang juga menggunakan AI untuk mendeteksi sarang burung walet dan mengklasifikasikannya, tanpa menggunakan handphone. Nantinya, petani walet dapat membuka aplikasi pada monitor pada Cabin AI-Walet, meletakkan sarang burung walet pada tempat yang disediakan, kemudian memencet tombol deteksi dan menyimpan datanya.

“Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi yang kuat, Ness-App berpotensi menjadi lompatan besar dalam penerapan teknologi AI di industri tradisional, membawa Indonesia ke garis depan inovasi global,” tandasnya.

Sementara itu, Mahasiswa Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer (FTEK) Victoria Agatha, yang juga terlibat dalam pengujian Ness-App, mengungkapkan kegembiraannya, “Proyek ini sangat menarik untuk tugas akhir saya. Saya belajar banyak tentang interaksi dengan dosen dan mahasiswa lain, serta penerapan teori yang saya pelajari dalam konteks industri,” bebernya.

Ness-App bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi sebuah simbol kolaborasi dan komitmen untuk membawa kemajuan signifikan dalam industri sarang burung walet. Dengan segala potensinya, Ness-App siap untuk mendefinisikan ulang standar kualitas dan efisiensi dalam industri ini, mengantarkan Indonesia ke era baru yang lebih cemerlang dan berdaya saing tinggi.

Ning S