Kegiatan ini melibatkan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi alam dan masyarakat setempat. Rombongan Mas Wiwit berangkat ke Pulau Karimunjawa sejak Sabtu 6 Juli 2024 hingga Senin 8 Juli 2024.
Hari pertama kunjungan dimulai dengan acara pelepasan tukik (anak penyu) di Pantai Ujung Gelam Kepulauan Karimunjawa. Pelepasan ini bertujuan untuk meningkatkan populasi penyu yang semakin terancam punah akibat berbagai faktor.
Diketahui, dari 27 pulau di Karimunjawa, 22 pulau di antaranya merupakan tempat favorit bagi penyu berkembang biak. Seperti penyu sisik, penyu lekang, dan penyu hijau.
Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Karimunjawa, Kuswadi, menuturkan, Mas Wiwit bersama rombongan melepas 50 lebih ekor tukik yang disiapkan oleh Balai Taman Nasional (BTN) Karimunjawa.
“Dari 1.000 telur penyu yang menetas, diperkirakan hanya satu yang mampu mencapai usia dewasa,” ujar Kuswadi.
“Untuk itulah, kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama melestarikannya. Masyarakat Karimunjawa juga bahu membahu menjaga kelestarian penyu dan ekosistemnya,” sambungnya.
Sementara itu, Mas Wiwit menilai langkah penebaran tukik di laut itu sangat penting untuk memastikan keberlangsungan hidup penyu di perairan.
“Penyu merupakan salah satu kekayaan laut kita yang harus dilindungi. Dengan melepas tukik ini, kita berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian ekosistem laut,” papar Mas Wiwit.
Kemudian, rombongan Mas Wiwit melakukan penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang di kawasan pesisir pantai Desa Kemujan. Penanaman mangrove ini penting untuk mencegah abrasi pantai, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, dan membantu mitigasi perubahan iklim.
Dalam kegiatan ini, polisi hutan atau polhut, Sunardi turut serta menanam mangrove bersama warga dan menyampaikan, bahwa hamparan hutan magrove di Pulau Karimunjawa seluasa 300 hektare.
“Hutan mangrove tersebut selain menjadi sabuk laut alami di Taman Nasional Karimunjawa, juga menjada edukasi wisata bagi para pelancong,” terang Sunardi.
Melihat rimbunnya mangrove yang sangat terjaga, Mas Wiwit pun mengaku cukup terpukau dengan keindahan alam Karimunjawa. Oleh karena itu, dia turut serta menjaga keindahan alam dengan menanam mangrove.
“Mangrove memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem pesisir. Mari kita jaga dan lestarikan bersama,” ujar Mas Wiwit.
Terakhir, kunjungan diisi dengan ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan, salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa. Ziarah ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sebagai refleksi spiritual bagi para rombongan Mas Wiwit.
“Makam Sunan Nyamplungan mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai spiritual dan budaya yang telah diwariskan,” terang Mas Wiwit.
Selain itu, kunjungan ini juga dimanfaatkan untuk berdialog dengan masyarakat Karimunjawa mengenai berbagai isu lingkungan hingga pariwisata.
Kunjungan tiga hari ini diakhiri dengan harapan bahwa upaya pelestarian lingkungan, wisata, dan penghormatan terhadap warisan budaya akan terus dilakukan oleh masyarakat luas.
“Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkontribusi bagi alam, wisata, dan budaya,” tutup Mas Wiwit.
HP