blank
Penutupan program Desa Binaan Polobogo oleh GenBI Komisariat UKSW. Foto: Dok/UKSW

“Cleaning Up kami lakukan dengan bersih-bersih bersama Masjid Al-Hidayah dan gereja sekitar, salah satunya di GJKI Polobogo. Untuk pelaksanaan Eco Green, kami wujudkan dalam bentuk penyuluhan penggunaan kembali kain perca dan pembuatan kompos yang bekerja sama dengan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UKSW. Sedangkan di GenBI Sehat kami mengajak ibu-ibu PKK setempat untuk senam bersama,” jelasnya.

Bertajuk “Gemespol: GenBI Mengajar Desa Polobogo”, divisi edukasi juga melakukan pengabdian lewat mengajar murid-murid di SD Negeri Polobogo 1, SD Negeri Polobogo 2, dan SD Negeri Polobogo 3. Selain itu kegiatan juga merangkul sekolah minggu di gereja sekitar termasuk di GJKI Clowok.

Kepala sekolah SD Negeri 3 Polobogo, Dlofari, S.Pd., mengapresiasi antusiasme mahasiswa-mahasiswa GenBI UKSW dalam mengajar. Mengaku senang, ia mendukung penuh semangat pengabdian tersebut dan berharap program bisa berlanjut.

Sugiyati, pelaku UMKM keripik di Desa Polobogo merasa bersyukur dengan pendampingan yang diterima melalui UMKM Binaan. “Senang akhirnya dibantu mengurus NIB (Nomor Induk Berusaha) dan P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga). Kemarin juga diberi ide inovasi untuk berjualan online yang saat ini juga masih proses,” ujarnya.

Sukacita belajar bersama GenBI Berbakat dan Berbudaya tidak ketinggalan dirasakan Ani Nur Afifah, murid SD Negeri 3 Polobogo yang turut tampil dalam Tari Kreasi NTT. Ani yang terbiasa menarikan tarian khas Jawa ini, mengaku senang sebab untuk pertama kalinya bisa belajar tarian khas daerah lainnya di Indonesia.

Alasan pemilihan tarian khas tersebut juga dibeberkan oleh Livi Nialtry, salah satu pendamping di GenBI Berbakat dan Berbudaya.

Menurutnya, penting bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk mengenal keragaman budaya Indonesia. “Saya sendiri berasal dari NTT. Jadi saya juga ingin memperkenalkan tarian khas daerah asal saya kepada anak-anak di desa ini,” terangnya.

Ning S