SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kota Lama kini menjadi ikon Kota Semarang. Kawasan dengan peninggalan bangunan kuno yang dibangun tahun 1800-1900-an awal. Sepuluh tahunan lalu, kawasan ini masih terkesan kumuh dan tak terawat, gelap pada malam hari, bahkan terkesan angker.
Kota Lama kini merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi, jika sedang berada di Kota Semarang. Menikmati keindahan Kota Lama pada siang hari maupun malam hari sudah biasa. Namun, pernahkah kalian mengunjungi Kota Lama pada saat hujan gerimis mengguyur Kota Lama?
Ternyata walaupun sedang di guyur hujan gerimis, Kota Lama tidak sepi oleh pengunjung. Hal ini karena ternyata banyak pengunjung yang menyukai suasana Kota Lama saat sedang di guyur hujan gerimis, dengan gedung-gedung bersejarah sebagai latarnya memberikan kesan kita sedang berada di Eropa pada saat musim hujan.
Banyak anak-anak muda yang datang menikmati keindahan Kota Lama. Para perempuan tampak riang mengambil posisi untuk berfoto. Mereka memanfaatkan nuansa gerimis yang akan menjadikan fotonya punya nuansa lain.
Sementara itu, ada seorang anak Perempuan dengan nyiru atau tampah yang diletakkan di atas kepala. Nyiru atau tampah itu digunakan untuk meletakkan plastik minuman, yang dia bawa keliling sepanjang lorong Kota Lama.
Para pengunjung yang merasa haus pun, langsung membeli minuman yang dibawa anak ini. Kota Lama tidak hanya menyenangkan bagi pengunjung, tetapi juga menjadi penyambung hidup pereknomian warga.
Pengunjung tetap menikmati keindahan Little Netherland ini. Titik-titik air gerimis yang jatuh, menjadikan bangunan kuno di kawasan itu menjadi sangat eksotik. Menyusuri orong-lorong jalan di Kota Lama, selalu saja ada getaran di hati pengunjungnya.
Ada pohon yang tumbuh di dinding bangunan, yang menjadikan kesan tersendiri. Akar-akarnya yang menempel pada tembok, memunculkan lukisan indah. Di sini pulalah, banyak yang menjadikannya sebagai spot foto.
“Kota Lama saat sedang hujan gerimis memberikan suasana menenangkan dan lebih estetik jika berfoto, seperti sedang berada di Eropa pada saat musim hujan dan juga tidak banyak yang berfoto saat sedang hujan, sehingga hal ini merupakan kenangan dan juga kebanggaan tersendiri,” ujar Annissa, seorang pengunjung dari luar kota Semarang, Kamis (18/1/2024).
Tidak hanya disukai oleh para pengunjung, situasi tersebut juga disukai oleh para pencari nafkah, seperti penjual jas hujan keliling, fotografer, dan penjual jajanan keliling. Hal ini dikarenakan banyaknya pengunjung yang banyak memakai jasa dan membeli dagangan mereka.
Pada saat gerimis turun, banyak pengunjung yang berteduh di pinggir-pinggir tembok dengan atas yang tinggi. Di sinilah mereka dihampiri para penjaja minuman atau makanan.
“Karena sehabis foto banyak pengunjung yang memilih berteduh di pinggiran, jadi banyak juga yang kelaparan dan haus sambil menunggu hujan reda, sehingga dagangan es the dan telur gulung saya menjadi laku, ujar Rahman.”
Rachel Tirza-Mg