blank
Salah satu penampil dalam Panggung Budaya Rumah Kita "Sambang Seni Semarang" di Kampung Seni Budaya Jurang Belimbing, Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Minggu (12/11/2023) malam. foto dekase

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Panggung Budaya Rumah Kita 2023 kembali dihelat, Minggu (12/11/2023) malam. Kali ini, pagelaran bertajuk “Sambang Seni Semarang” itu, digelar di Kampung Seni Budaya Jurang Belimbing, Kelurahan Tembalang.

Gelar budaya besutan Dewan Kesenian Semarang (Dekase) yang didukung penuh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang ini melibatkan sejumlah seniman muda bertalenta.

“Sebetulnya acara ini bukan kali pertama, ini yang kedua kalinya, dulu pentas seni tradisi, kalau sekarang menyasar anak-anak muda lebih modern dan kekinian,” kata Supriyanto, Ketua RW 003 Kelurahan Tembalang.

Meski diguyur hujan, lima penampil dan sebuah pemutaran film tampak menghibur warga RW 003 Kelurahan Tembalang. Antusias pengunjung yang datang pun tak terhalang oleh turunnya hujan.

Acara ini dikemas dalam bentuk festival. Sebagai pembuka kegiatan ini, penampilan Swaranabya, sebuah kelompok musik yang membawakan musikalisasi puisi disuguhkan kepada penonton.

Seusai pertunjukan kombinasi sastra dan musik, terdapat penampilan tari-tarian. Tari Gambyong Pareanom dan Tari Kidang dari Sanggar Saraswati Mijen tak kalah memukau pengunjung. Lenggak-lenggok para penari cilik dan tabuhan gamelan membuat suasana makin semarak.

Termasuk Tari Prajuritan “Paregreg” oleh Putro Sri Mulyo. Sanggar kesenian setempat ini mengkolaborasikan pertunjukan mini wayang oleh seorang dalang dengan penari prajuritan yang khas dengan atraksi-atraksinya.

Supriyanto menyebut, gebyar budaya ini sukses merekatkan hubungan antara warga yang satu dan yang lainnya. Warga yang tiap harinya disibukkan dengan aktivitas harian, bisa lebih akrab dengan pertunjukan seni yang ada di kampung. Dia berharap kepada pihak Pemkot Semarang agar kegiatan seperti ini dapat terus berjalan dan dilestarikan.

“Kami merasa bangga sudah diberi kepercayaan menjadi tuan rumah. Harapannya sering-sering kegiatan di sini,” ujar Supriyanto.

Makin malam makin syahdu ketika penampilan akustik dari Dialektika dan WOL. Dua band indie pendatang baru asli Kota Semarang ini membius penonton lewat lirik lagu dan atraksi petikan gitar.

“Meskipun sederhana, tetapi ini wujud perhatian Pemkot Semarang kepada warganya. Seperti saya ini pulang kerja bisa menonton untuk melepas penat,” ujar Riski, satu di antaranya penonton.

Di penghujung, pemutaran film pendek komedi berjudul “Salah Beli” dari Taruna Liar menutup rangkaian acara yang berlangsung sejak pukul 19.00 hingga pukul 22.00.

Ketua Dekase, Adhitia Armitrianto mengatakan, keberadaan kampung seni budaya menjadi perhatiannya selama ini. Dia tak ingin kampung-kampung tematik itu hanya sekadar nama.

Adhitia menyampaikan, upaya Dekase bersama Pemkot Semarang yang dikomandoi Mbak Ita terus bersinergi dan kolaborasi memperhatikan keberadaan kampung-kampung tersebut.

“Kami tak ingin melihat adanya kampung seni budaya seperti tempelan saja, tetapi ini sudah jadi dan ada, makanya kami mendesak kepada pemerintah kota untuk terus memperlakukan keberadaan kampung seni budaya bahkan menambah lagi,” katanya.

Melalui Panggung Budaya Rumah Kita “Sambang Seni Semarang 2023” ini, menurutnya, merupakan ajang yang tepat untuk menggeliatkan kembali kesenian dan kebudayaan yang ada di Ibu Kota Jawa Tengah.

“Saya kira akan makin menunjang pembangunan di Kota Semarang. Selain soal fisik, kedua juga nonfisik yang sebenarnya lebih penting lewat seni dan budaya,” kata Adhit.

Perlu diketahui, Panggung Budaya Rumah Kita “Sambang Seni Semarang 2023” ini akan digelar di enam kecamatan. Dalam pertunjukan yang disajikan menyesuaikan riwayat sejarah dari tiap kampung yang disinggahi.

Sebelum di Kampung Seni Budaya Jurang Blimbing Tembalang, pagelaran ini digelar di Kampung Nelayan Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara pada Minggu (5/11/2023).

Selanjutnya, akan diselenggarakan bergilir di Taman Tirto Agung, Kecamatan Banyumanik, Kampung Dongbiru, Kecamatan Genuk, Kampung Seni Budaya Manyaran, dan Kampung Genuk Krajan, Kecamatan Candisari.

Hery Priyono