Contoh, berjatuhannya bunga atau daun trembesi. Dan menjadi sangat jelas ketika tanaman baru, seperti cabe satu per satu daun yang menguning berjatuhan, lalu emak Sipon berteriak: “Lho, kok padha prithil ta godhong wit lombokku!!Prithil ini maknanya jatuh satu demi satu.

Gogrog

Gogrog, adalah ungkapan paling tepat untuk menggambarkan rasa kecewanya salah satu  partai (atau salah berapa lah) karena kader yang dijagokannya  untuk menjadi cawapres gagal berhubung tidak dicalonkan oleh koalisi. Ungkapan lainnya rontok. Partai kecewa, orang yang bersangkutan lebih kecewa, dan sangat boleh jadi barisan pendukung yang sudah terbina sebagai tim sukses pun kecewa.

Gogrog menggambarkan sesuatu yang jatuh atau terjatuh sebelum waktunya; contohnya buah mangga tadi. Kata gogrog juga sering dipergunakan semakna dengan kluron, yaitu wanita hamil muda melahirkan; dan jika kata itu menjadi digogrogake, itu artinya telah terjadi tindakan aborsi terhadap janin si ibu hamil tadi.

Baca juga Suwala

Nah………… dalam konteks gagalnya seseorang (beberapa orang sebenarnya) di pencawapresan, apa yang sebenarnya terjadi? Ia (mereka) memang tidak terpilih, karena itu gogrog dengan sendirinya, ataukah kluron, bahkan jangan-jangan teraborsi?

Apa pun istilah tepatnya untuk kasus itu, namun yang jelas, masing-masing koalisi hanya mungkin memasangkan satu capres dan satu cawapres, sementara nama calon yang sering disebut-sebut jumlah banyak.

Ya gogrog-lah, malahan ada yang sudah tereliminasi jauh-jauh hari sebelum menjadi bakal calon. Peristiwa alamiah sebenarnya, tetapi tetap membawa kekecewaan.

Rontok

Kondisi mengecewakan karena ada yang gogrog, akan menjadi lebih mengecewakan lagi kalau nantinya terjadi rontok, yaitu kondisi kabeh gogrog. Rontok itu menggambarkan kondisi tidak ada lagi satu pun  yang tersisa karena semuanya tumbang, jatuh, gugur seperti  musim rontog sehingga tak satu pun daun tersisa di ranting pohon.

Belajar menghadapi kondisi sangat kecewa karena rontog, mari menyimak apa yang dilakukan oleh seorang Daud Ketika merenungi sambil menangis di tepi Sungai Babel. Gagal total, dan ingat berbagai pohon yang pernah berjasa dalam hidupnya, antara lain pohon gandarusa yang di bawahnya Daud dan teman-temannya sering berkumpul untuk bernyanyi.

Pohon itu pula tempat mereka menggantungkan kecapi. Dalam kondisi gagal, dalam keadaan rontok atine, ternyata masih saja ada permintaan agar main kecapi ramai-ramai menyanyikan nyanyian-nyanyian suka cita atas kemenangan musuh.

Begitulah, kondisi pemilu berikut nanti hasil-hasilnya; pasti ada yang menang, dan pasti ada yang kalah. Ada yang akan berbuah manis dan sangat membahagiakan, ada (banyak?) yang rontok mengecewakan.

Namun, belajar dari Daud, hendaklah yang menang nantinya tidak  menyuruh-suruh pihak yang sedang kalah untuk ikut menyanyikan lagu-lagu kemenangan. Biarlah yang sedang mengalami rontok, menikmati  kesedihannya, sebab mungkin saja suatu waktu mereka itu akan tumbuh bersemi subur.

Sing baku aja nggege mangsa.

JC Tukiman Taruna Sayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University