blank
Wakil Rektor I Universitas Semarang (USM) segaligus Guru besar Fakultas Teknologi Hasil Pertanian USM, Prof Dr Ir Sri Budi Wahjuningsih MP menyampaikan materi dalam Seminar Nasional Optimalisasi Pangan Lokal Alternatif Pendamping Beras Menuju Daulat Pangan dengan slogan "Kenyang Ga Harus Nasi" di Balai Kota Semarang pada 30 Oktober 2023.(Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Saat ini inovasi pangan lokal harus enak, bergizi, serta mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu. Mengolah olahan yang enak dan bergizi itu yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama.

Hal tersebut dikatakan Wakil Rektor I Universitas Semarang (USM) segaligus Guru besar Fakultas Teknologi Hasil Pertanian USM, Prof Dr Ir Sri Budi Wahjuningsih MP dalam Seminar Nasional Optimalisasi Pangan Lokal Alternatif Pendamping Beras Menuju Daulat Pangan dengan slogan “Kenyang Ga Harus Nasi” di Balai Kota Semarang pada 30 Oktober 2023.

Kegiatan itu juga menghadirkan narasumber Deputi Bidang III Badan Pangan Nasional Dr Andriko Noto Susanto SP MP dan PLT Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang Dr Bambang Pramusinto SH SIP MSi.

Turut Hadir Wali Kota Semarang Hj Ir Hevearita G Rahayu MSos dan sejumlah pelaku inovasi pangan di Kota Semarang.

Prof Budi mengatakan, pangan lokal merupakan sumber karbohidrat yang melimpah di Indonesia.

”Keungggulan pangan lokal karbohidrat dari sisi sifat fungsional menjadikan pangan lokal mempunyai nilai tambah untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi makanan pendamping beras,” katanya.

Menurutnya, inovasi hasil pangan lokal dapat menutup kelemahan dan ketersediaan beras.

”Maka dari itu, perlu teknologi olahan pangan dan keterampilan dalam menciptakan menu dari pangan lokal yang enak, bergizi dan aman, terversifikasi serta mendapat pengembangan riset dan uji coba,” ujarnya.

Dia menambahkan, pihaknya telah 12 tahun menjadi juri pangan, sejauh ini inovasi pangan sudah merambah hingga masyarakat bawah.

“Dia berharap, ke depan inovasi pangan lokal tidak dari sisi fungsional saja tetapi harga juga terjangkau sehingga masyarakat level bawah tetap dapat menjangkaunya,” ujarnya.

Prof Budi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengembangkan inovasi pangan lokal bernama Mie Sorgum. Sorgum merupakan tanaman serbaguna yang sejenis dengan gandum.

“Saat ini kami tengah berinovasi dengan penambahan dengan latoh dan multigrain untuk penanganan stunting kedalam mie sorgum. Saat ini jurnal internasional dalam proses review,” ungkapnya.

Sementara itu, PLT Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang Dr Bambang Pramusinto SH SIP MSi sekaligus moderator seminar mengatakan, kegiatan seminar ini baru beberapa daerah yang sudah melaksanakan, salah satunya Kota Semarang di level tingkat 2.

“Kami berupaya menyosialisasikan bahwa makan tidak harus beras. jika bahan nya masih langka, itu adalah sebuah proses,” tandasnya.

Dia berharap, akan semakin banyak inovasi pangan lokal yang dapat menggantikan beras dan terigu sebagai bahan pokok sehingga dapat menurunkan angka stunting di Kota Semarang.

“Dorongan dalam inovasi dan diversifikasi pangan adalah langkah yang penting dalam mengatasi masalah gizi dan ketahanan pangan di tingkat lokal, dan diharapkan akan menuju tingkat nasional,” pungkasnya.

Muhaimin