blank
Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons.

Oleh: Kusnarto Kurniawan, S.Pd., M.Pd., Kons.

Tulisan ini didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan pada 176 konselor yang bekerja di satuan pendidikan formal SMP, SMA, dan SMK di Jawa Tengah. Problematika yang dihadapi oleh siswa saat ini sangat rumit dan mencakup beragam bidang yang mencerminkan tantangan dalam kehidupan individu.

Salah satu masalah utamanya adalah perundungan, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan di dunia maya, yang berdampak serius pada kesejahteraan siswa.

Etika sopan santun dan moral digital juga nampak menurun, dengan siswa terlibat dalam perilaku yang kurang bijak di media sosial dan sering mengeluarkan kata-kata kasar. Masalah lain adalah motivasi belajar yang rendah, terutama setelah pandemi.

Permasalahan dalam hubungan pertemanan, termasuk pergaulan yang kurang etis dan moral. Kecanduan gadget dan media sosial dapat mengganggu konsentrasi belajar dan interaksi sosial yang sehat. Terlihat juga masalah kurangnya etika dan disiplin siswa, yang tercermin dalam seringnya keterlambatan datang ke sekolah, bolos, dan pelanggaran peraturan.

Faktor keluarga, seperti broken home, juga memiliki dampak pada siswa. Masalah kesehatan mental, kesulitan dalam memahami isu-isu sosial, dan kurangnya minat belajar juga merupakan bagian dari tantangan yang dihadapi siswa saat ini.

Konselor sekolah memberikan berbagai solusi layanan dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh remaja. Secara umum layanan yang dilakukan oleh konselor mencakup layanan dasar, responsif, perencanaan individu, dan dukungan sistem, namun berbagai permasalahan siswa masih belum dapat teratasi sepenuhnya. Sebanyak 42% konselor atau guru BK masih mengalami kesulitan dalam membuat inovasi program layanan bimbingan dan konseling di sekolah, hal ini menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya tingkat efektivitas layanan yang diberikan oleh konselor.

Sebagian besar harapan yang diungkapkan oleh konselor di satuan pendidikan formal SMP, SMA, dan SMK di Jawa Tengah terkait inovasi layanan bimbingan dan konseling antara lain digitalisasi dalam bimbingan konseling, memperhatikan perkembangan teknologi dan generasi digital, peningkatan etika, sopan santun, dan moral dalam pelayanan bimbingan, pengembangan inovasi dalam bimbingan karier yang sesuai dengan bakat dan minat siswa, integrasi dengan universitas dan perguruan tinggi dalam pengembangan metode bimbingan konseling, peningkatan kolaborasi dan kerjasama antara konselor, guru, dan orang tua.

Selain itu juga pengembangan layanan BK yang menekankan pada aspek pendidikan karakter dan pemahaman siswa dan peningkatan profesionalisme guru BK melalui kegiatan pelatihan, workshop, dan pendidikan yang mendukung pengembangan inovasi.

Tulisan ini menyampaikan harapan konselor atau guru BK di Jawa Tengah agar pemerintah dan peneliti ke depan dapat mempertimbangkan harapan-harapan ini dalam pengambilan keputusan terkait layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Melalui tulisan ini diharapkan menjadi tonggak awal dalam meningkatkan efektivitas pendidikan di Indonesia. Kolaborasi erat antara pemerintah, peneliti, dan praktisi bimbingan dan konseling diharapkan akan mewujudkan harapan ini.

Penulis adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang
Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan Bimbingan dan Konseling Unnes