blank
DIJEMUR - Batik Ecoprint karya penyintas TB tengah dijemur. (Foto: Diskominfo)

BATANG (SUARABARU.ID) – Bagi sebagian orang penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi momok yang menakutkan. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu dirisaukan karena dengan program pengobatan yang intensif selama 13 bulan, penyakit tersebut dapat disembuhkan.
Pasca sembuh ternyata para penyintas masih butuh perhatian dan uluran bantuan agar tetap produktif menjalani kehidupan ditengah masyarakat. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Batang bekerja sama dengan Mentari Sehat Indonesia, Universitas Muhammadiyah Semarang dan mahasiswa Undip Semarang berupaya memberikan pendampingan dalam bentuk pelatihan keterampilan batik ecoprint.
Ketua Mentari Sehat Indonesia Jawa Tengah Supriyanto menyampaikan, pelatihan ini diberikan kepada mereka yang telah sembuh sepenuhnya dari TB, agar mendapatkan produktif dan memperoleh penghasilan tambahan.
“Ini masih pelatihan awal, langkah selanjutnya kami tetap berkoordinasi dengan Baznas, sekaligus melihat perkembangan selanjutnya untuk terus memberikan perhatian, termasuk kemampuan pemasaran, sehingga pelatihan ini benar-benar efektif,” katanya, saat mendampingi peserta pelatihan, di Puskesmas Tulis, Kabupaten Batang, Senin (16/10/2023).
Sementara ini berbentuk pelatihan dan pemberian bantuan makanan tambahan terlebih dahulu. Ia menerangkan, dipilihnya ecoprint karena sangat mudah pengaplikasiannya bagi para penyintas TB. “Motifnya sangat mudah didapat karena cuma daun di lingkungan sekitar dengan cukup ditempel saja dan tidak serumit batik tulis,” jelasnya.
Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum dan SDM Baznas Batang Muntoro Abdurrohman mengatakan, Baznas selalu berupaya memberikan pelatihan produktif, khususnya bagi penyintas TB dengan pelatihan batik ecoprint. “Batik ecoprint ini masih langka jadi jika dipasarkan nanti konsumen juga akan tertarik karena keunikannya,” terangnya.
Pelatihan yang diberikan Baznas tidak hanya satu jenis, namun beragam dengan menyesuaikan kemampuan para penyintas. “Ada tiga penyakit yang para penyintasnya menjadi fokus kami, untuk dibekali kemampuan berwirausaha,yakni Aids, TB dan malaria,” tuturnya.
Salah satu penyintas TB, Daroyi menyampaikan, usai menjalani pengobatan selama 13 bulan tetap berusaha agar produktif dengan berwirausaha. Meski demikian, kemampuan lain pun terus diasah, salah satunya dengan mengikuti pelatihan ecoprint.
“Setelah mendapatkan pelatihan rencana pingin buka bisnis batik ecoprint karena bahannya mudah didapat di sekitar kita. Ini bukti bahwa para penyintas tetap produktif,” ujar dia.
Nur Muktiadi