ADA pemandangan menyejukkan, ketika Ganjar Pranowo dan istrinya Siti Atikoh, menghabiskan malam minggu dengan menyaksikan pergelaran wayang kulit di Jakarta Barat. Pada pementasan yang digelar Sabtu (23/9/2023) itu, mereka akrab membaur bersama ratusan warga Ibu Kota menonton wayang dengan lakon Gatotkaca Ratu.
Sebelumnya, Ganjar juga asyik nongkrong dan berdiskusi tentang proses kreatif bersama puluhan musisi, seniman dan budayawan Jabodetabek, pada sebuah kafe di bilangan Bulungan, Jakarta Selatan.
Jika mantan Gubernur Jawa Tengah itu hadir di panggung wayang kulit, atau berdiskusi dengan musisi dan seniman, memang bukan sesuatu yang ujug-ujug. Pasalnya, Ganjar sejak lama memang dikenal sebagai pemimpin yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk menjaga warisan seni budaya, dan memberikan ruang bagi seniman dan musisi untuk berekspresi.
BACA JUGA: Mahasiswa UMK Meninggal Saat Jalankan Program KKN
Salah satunya, ketika dia membuat gebrakan dengan menghidupkan kembali 120 kelompok seni di Desa Bandungrejo, Kabupaten Magelang, yang mencakup seni tradisional seperti Saparan, Sadranan, Tari Topeng Ireng, Kuda Lumping, dan Tari Soreng. Desa ini bahkan dinobatkan sebagai Desa Pelestari Seni Budaya Indonesia oleh Kemendikbud.
Selama memimpin Jateng, Ganjar juga telah memberikan bantuan alat musik gamelan kepada 230 desa di provinsi ini. Bantuan yang disalurkan sejak 2018 hingga 2022 itu, sebagai bentuk cinta sekaligus melestarikan seni dan budaya.
Bantuan dengan nilai yang beragam itu, diberikan melalui anggaran Bantuan Keuangan Provinsi Jateng, di mana tiap desa menerima bantuan mulai dari Rp 75 juta hingga Rp 600 juta, untuk pengadaan alat musik gamelan, dengan total anggaran sebesar Rp 27 miliar.
BACA JUGA: Masa Sidang 2023, DPRD Kota Tegal Targetkan 13 Perda
Ketika pandemi covid-19 melanda Bumi Pertiwi, di mana interaksi warga dan aktivitas terbatas, Ganjar menggulirkan kegiatan Panggung Kahanan Roadshow. Panggung Kahanan di sejumlah kota di Jateng itu, merupakan acara untuk seniman yang diinisiasi Ganjar di masa pandemi, guna memberikan ruang dan donasi bagi seniman lokal untuk berkarya, sehingga sektor ekonomi terbantu.
Ganjar juga memberikan ruang bagi dalang untuk berpentas. Maka tak heran, sebelum Ganjar mengakhiri tugas sebagai gubernur, sekitar 300-an dalang se-Indonesia mementaskan lakon ‘Wahyu Keprabon’, dalam satu panggung di Pendapa Saestu, Klaten, Jateng. Pergelaran ini sebagai ungkapan terima kasih kepada pria berambut putih itu, jelang masa purna tugasnya.
Ketua Forum Komunikasi Seniman Dalang Indonesia, Ki Gondo Wartoyo mengakui, Ganjar Pranowo telah memberikan perhatian lebih terhadap wayang kulit dan kesenian lainnya, selama menjabat gubernur selama dua periode.
BACA JUGA: Data Juara Latpres Road to Paparazi Cup di gantangan Radjawali Enterprise Semarang
Realitas itu mencerminkan, bagaimana dedikasi Ganjar dalam melestarikan kekayaan budaya, tak perlu disangsikan lagi. Ganjar paham betul, pada era revolusi industri 4.0, budaya global demikian deras berubah. Kondisi ini berpotensi membuat kecintaan masyarakat terhadap budaya (local wisdom), dapat terkikis, dan berujung pada hilangnya jatidiri bangsa.
Menurut Ganjar, pengembangan seni tradisional melalui event dan panggung rakyat, berarti membangun ekosistem kebudayaan, yang mendorong terdongkraknya ekonomi. Hal itu juga selaras dengan konsep Trisakti Bung Karno. Selain berdaulat secara politik, Indonesia juga harus mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial-budaya.
Saat menjadi bintang tamu dalam Opera van Java, Ganjar menyampaikan, anak-anak muda yang bisa membuat seni budaya tradisional, semakin terkenal dengan kreativitas yang dimiliki.
BACA JUGA: Mantan Suami Shelvia Keberatan Divonis 7 Tahun dalam Kasus Pemalsuan Dokumen Hak Asuh Anak
”Jadi kita harus bangga dengan seni dan budaya tradisional kita. Banyak anak-anak muda kreatif yang membuat lagu tradisional me-Nasional. Ada kawan saya ini, Abah Lala, ada juga Yeni Inka, Denny Caknan dan lainnya. Kalau ini dikembangkan terus dan semakin kreatif, K-Pop bisa kalah lho,” katanya.
Selama menjadi gubernur, Ganjar juga memberikan kesempatan kepada musisi di Tanah Air, untuk hadir di Jateng. Di antaranya pada Dieng Culture Festival, atau perhelatan di kawasan Candi Borobudur.
Dalam kegiatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Pati Raya, Agustus 2023 lalu, dari OM Adella, kelompok rebana, kesenian tradisional, hingga musisi Ahmad Albar, Ian Antono hingga Band Cokelat pun, didatangkan.
BACA JUGA:Ratusan Pegawai Pemkab Magelang Diperiksa Kesehatannya
Ganjar juga turut memberikan support dan bernyanyi bersama Putri Ariani, saat Konser Langit Benderang, di Stadion Manahan Solo, Juli 2023 lalu. Putri adalah juara keempat America’s Got Talent (AGT) 2023.
Anggota Gabungan Seniman Indonesia (GSI) sekaligus personel band KLA Project, Katon Bagaskara, dalam sebuah kesempatan menilai, selama dua periode kepemimpinan Gubernur Jateng, Ganjar memiliki dampak positif terhadap kemajuan pertumbuhan industri seni.
”Saya amati Pak Ganjar Pranowo memang sangat melindungi seniman tradisional, seniman theater khususnya di Jateng, karena saat itu beliau masih menjabat sebagai Gubernur Jateng. Beliau juga aktif menyelenggarakan acara masik dan ikut bergabung, nyanyi ke atas panggung tanpa kelihatan sekali ada hierarki dan selalu memberi semangat ke rakyat, sehingga acara menjadi semarak,” beber Katon.
BACA JUGA: RS Mardi Rahayu Peroleh Hibah Ambulans Gratis dari BRI
Sementara itu, esais dan pengamat sastra Indonesia, Widyanuari Eko Putra, dalam kolomnya yang dimuat di detiknews.com, tanggal 5 September 2023 menulis, setidaknya ada tiga konsep yang telah dilakukan Ganjar, dalam konteks kebudayaan.
Pertama, koneksi seni ke dunia digital. Ketika pandemi covid-19 menghantam dan melumpuhkan ekosistem seni, terobosan yang ditempuh Ganjar adalah dengan menggelar Panggung Kahanan.
Disiarkan secara langsung melalui platform digital, program ini berhasil menggalang solidaritas antarpelaku seni. Tercatat ada 2.500 seniman penerima bantuan yang tersebar di beberapa kota, di antaranya Kabupaten Pekalongan, Kendal, Pati, Surakarta, Banyumas, dan Kota Magelang.
BACA JUGA: Semakin Nyaman, KA Jayabaya Gunakan Kereta Ekonomi New Generation
Kedua, koneksi fisik ke nilai. Ganjar membangun Borobudur Edupark tahun 2022, sebagai bentuk edukasi terhadap warisan kebudayaan berwujud benda di Indonesia, dari candi hingga kompleks bekas kerajaan di masa lalu.
Upaya yang sama turut dilakukan, terhadap produk budaya tak benda. Pada 2022 saja, ada sekitar 16 produk budaya yang ditetapkan Kemdikbud RI, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage).
Beberapa produk budaya yang sering kita dengar, seperti Warak Ngendok, Jenang Kudus, Tenun Troso, hingga kuliner Tempe Kemul, kian menguatkan identitas budaya Jateng melalui penetapan itu.
BACA JUGA: Makin Sinergis, Bank Jateng Buka Kantor Fungsional di RSJD Solo
Ketiga, koneksi ruang tradisional ke ruang kapital. Ganjar mengambil sikap, agar tercipta potensi kapital, berupa nilai tambah ekonomis tanpa mencerabut akar tradisi yang ada. Maka dia memberikan ruang bagi tumbuh kembangnya desa wisata dan pelestarian kelompok seni tradisi.
Ya, dialah sosok visioner, pemimpin di masa depan yang berani menancapkan tekad untuk mentransformasikan kebudayaan, sebagai salah satu kekuatan ekonomi demi kesejahteraan masyarakat.
Tim SB