SEMARANG (SUARABARU.ID) – Koruptor agar diasingkan ke tempat terpencil, merupakan usulan yang diajukan Doktor Tanto Gailea, SH, MH dalam disertasinya, yang diajukan dalam sidang Ujian Terbuka Promosi Doktor di Untag, yang berjudul “Rekonstruksi Pertanggungjawaban Pejabat Pemerintah dalam Melakukan Diskresi (Titik Singgung Tindak Pidana Korupsi)”.
Diterangkan Doktor Tanto Gailea, bahwa judul disertasinya tersebut mengangkat tentang formula pengawasan, hingga pelaksanaan hukuman terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang benar-benar nyata.
“Saya harap, disertasi saya mewakili masyarakat Indonesia, membawa efek jera koruptor. Di asingkan ke pulau terpencil, kumpulkan dengan masyarakat berbudaya ekstrem, biar jera,” ungkapnya usai resmi memperoleh gelar Doktor dari Universitas Tujuh Belas Agustus, Kota Semarang, Selasa siang (26/9/2023).
Tokoh asal Maluku Utara (Malut), yang kini menetap di Kota Semarang ini, telah resmi mendapat gelar doktor dan ingin mendedikasikan keahlian keilmuan dari segi hukumnya untuk masyarakat, sehingga dapat memberikan sumbangsih pada sistem hukum dan keadilan di Indonesia. Agar dapat membantu semua pihak ketika berperkara hukum.
“Semoga ilmu yang Saya terima, bisa bermanfaat juga untuk masyarakat. Karena niat itu, alhamdulilah 4 tahun menjalani sekolah S3, IPK dapat 3,62 lewat UNTAG Semarang,” jelas Dr. Tanto Gailea, SH, MH.
Walau selama 23 tahun sudah menetap di Kota Semarang, Dr Tanto Gailea masih tetap memikirkan untuk membangun kampung halamannya, dengan menargetkan tiga orang gelar Doktor, dari total 80 desa di tempat kelahirannya dan jika nanti rezeki atau harta yang berlimpah, ia yakin hal itu akan terwujud segera.
“Selanjutnya, saya ingin kampung halaman saya total 80 desa di wilayah Maluku Utara. Ada tiga doktor hukum, setidaknya minimal satu desa,” tekat Dr Tanto Gailea.
Sosok yang pernah mengabdi sebagai Prajurit TNI dengan pangkat terakhir Sersan Dua ini, memiliki semangat belajar untuk suskes berkarier di dunia hukum, adalah berkat sebuah prinsip, yaitu ketekunan, usaha, ibadah dan doa. Dan julukan Kopral, yang disematkan padanya, menjadi bukti bahwa penggunaan prinsip tersebut nyata bisa dilakukan oleh khalayak umum.
“Jadi jangan tinggalkan ibadah. Dulu sahabat nabi saja, berjuang membela kaum terdzolimi. Hal demikianlah akan Saya terapkan, melalui dunia hukum. Oleh karena itu, jangan bicara jabatan, apalagi rezeki, karena ketekunan dari ibadah dan doa, pasti sangat membuahkan hasil kedepannya dan sekarang terbukti,” tegasnya.
Oleh karena itu, atas raihan gelar doktor tersebut, Tanto Gailea ingin memberi pesan kapada khalayak umum, agar dedikasi dan pengabdian kepada bangsa harus tetap dikobarkan semangatnya.
Sebab kariernya di TNI, hingga pangkat terakhir Sersan Dua (Serda) tersebut, Ia jalani sebagai pangkal merajut ilmunya, dengan berjibaku untuk komitmen mewujudkan kelulusan gelar doktornya. Dan suka duka selaku prajurit negara, menjadi titik sakral Dr Tanto Gailea, SH, MH dalam memahami ilmu hukum.
Absa