DEMAK (SUARABARU.ID)– Selain terkenal dengan minuman tradisional Jamu Coro, di Kabupaten Demak, tepatnya di daerah Kadilangu, masih ada minuman khas lainnya. Minuman itu yakni racikan kopi yang diturunkan secara turun temurun, dan kemudian populer dengan sebutan Kopi Poro.
Minuman kopi leluhur Ndalem Kadilangu ini, selain dinikmati keluarga Ndalem Kadilangu, juga disajikan kepada tamu yang datang, seperti dari Keraton Solo maupun dari Keraton Yogya. Kopi Poro juga menjadi sajian istimewa bagi tamu agung lainnya, yang datang di Kadilangu di masa kerajaan.
Menurut Rikhwan, salah satu peracik minuman khas ini, nama Kopi Poro muncul karena dalam sejarahnya, dibuat oleh para (poro) abdi dalem Kadilangu. Kopi ini kemudian dinikmati para keluarga Kadilangu, dan para tamu agung di kala itu.
BACA JUGA: Serabi, Kuliner Khas dan Oleh-Oleh yang Harus Dibeli Bila Datang ke Solo
”Bahan Kopi Poro seperti pada umumnya. Mulai dari biji kopi jenis Robusta, yang didapat dari daerah Temanggung. Kemudian ditambahkan kelapa dan beras, lalu disangrai beberapa jam. Tata cara ini sudah menjadi tradisi turun temurun, sejak tahun 1885 hingga sekarang,” jelas Rikhwan.
Ditambahkan dia, usai disangrai kemudian ditumbuk hingga halus, dan disaring. Penyaringan kopi pun dilakukan hingga tiga kali. Sehingga bubuk kopi yang dihasilkan sangat halus,” imbuhnya.
Salah satu warga Demak, Nurul menyatakan, saat menikmati Kopi Poro terasa berbeda dengan kopi lainnya. Disebutkannya, aroma dan rasa kopinya khas, seperti bukan produksi pabrikan.
BACA JUGA: Museum Kretek Kudus, Menyimpan Kisah Sejarah Rokok Kretek
”Rasanya mantap, ada pahit, kecut, dan aroma rasa khas kopi zaman dulu, saat saya masih kecil. Ini sudah dua kali digelar di event Pasar Ndoro Bei, dan saya sempatkan mampir minum Kopi Poro. Kopi yang dibikin para abdi dalem dan dinikmati keluarga atau trah Kadilangu,” Jelas Nurul.
Pasar Ndoro Bei sendiri telah dua kali digelar di Halaman Pendapa Notobratan Kadilangu, di Kabupaten Demak. Informasi yang didapat, Pasar Ndoro Bei direncanakan akan digelar setiap 40 hari sekali (selapanan), di tempat yang sama.
Rudy Ryan