GROBOGAN(SUARABARI.ID) – Di wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, terdapat sebuah tujuan wisata menarik yang layak untuk Anda kunjungi. Fenomena alam yang terkenal dan seringkali menjadi daya tarik bagi para wisatawan disebut dengan nama Bledug Kuwu.
Destinasi wisata yang sangat istimewa ini terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, sekitar 30 kilometer di sebelah timur Kota Purwodadi. Ketika siang menjelang dan matahari mulai bersinar terik, para pengunjung mulai berdatangan satu per satu ke objek wisata terkemuka di Grobogan ini.
Saat pertama kali memasuki area Bledug Kuwu, pengunjung akan melihat lapangan kosong yang mencakup area seluas 45 hektar. Mereka akan diarahkan untuk bergerak perlahan menuju arah asap yang mengambang di atas tanah yang luas tersebut.
Semakin kita mendekat, suara ledakan yang kuat semakin jelas terdengar. Penting untuk tidak terlalu mendekati dengan berlebihan demi menghindari situasi yang tidak diinginkan.Pemandangan ini sungguh mengagumkan.
Mata kita terpesona oleh letupan lumpur yang menyemburkan asap putih dari dalam bumi. Dan bersamaan dengan itu, kita bisa mendengar suara hentakan yang menggema seperti ledakan meriam dari kejauhan.
Juga terdengar dengan lembut suara seperti air mendidih. Semburan lumpur ini memiliki variasi yang beragam, bahkan ada yang mencapai ketinggian tiga meter dan sebesar balon udara.
Tempatnya berubah-ubah, tetapi secara berkala letupan-letupan tersebut terus muncul tanpa henti. Setiap setengah menit, kita dapat menyaksikan dan mendengar fenomena luar biasa yang berasal dari dalam perut bumi.
Ketika kita mengamati semburan lumpur berwarna hitam ini, kita perlu waspada agar tidak terjebak di dalamnya. Meskipun permukaan tanah tampak keras, namun di bawahnya masih berlapis lumpur. Terkadang, kita bisa merasakan getaran tanah.
Objek wisata Bledug Kuwu telah menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Grobogan sejak tahun 1983. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah pengunjung.
Keunikan lain dari Bledug Kuwu adalah bahwa lumpur di sana mengandung air asin. Ini menjadi hal yang menarik karena Bledug Kuwu terletak sangat jauh dari pantai. Warga setempat mengubahnya menjadi sumber penghasilan dengan cara tradisional, yaitu dengan membuat garam.
Mereka mengalirkan air lumpur yang mengandung garam melalui saluran buatan dan mengumpulkannya di sebuah kolam. Air tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam klakah (batang bambu yang dibelah menjadi dua). Klakah-klakah yang telah diisi air kemudian dijemur di bawah sinar matahari yang terik hingga membentuk kristal-kristal garam.
Dalam mitos lokal, dikatakan bahwa fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya suatu terowongan yang menghubungkan lokasi tersebut dengan Laut Selatan. Konon, terowongan ini merupakan jalur pulang bagi Jaka Linglung dari Laut Selatan ke Kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar.
Jaka Linglung, putra Ajisaka, diperintahkan untuk mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung mampu bergerak di dalam tanah karena ia memiliki kemampuan untuk berubah menjadi ular naga.
“Itu adalah cerita yang telah beredar dalam masyarakat dari generasi ke generasi. Nama Bledug Kuwu berasal dari suara ledakan lumpur di kawah yang menyerupai suara ‘bledug-bledug.’ Dan kata ‘Kuwu’ digunakan karena semburan lumpur ini terjadi di Desa Kuwu,” Ujar Sriyon petugas obyek wisata Bleduk Kuwu
Intan Kusuma Wardani- Mg