PATI (SUARABARU.ID) – Ritual sedekah bumi setiap satu tahun sekali digelar oleh warga Desa Kuniran, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Tradisi ini merupakan wujud syukur atas melimpahnya kekayaan alam yang bisa dinikmati masyarakat.

Sedekah bumi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa dalam melestarikan budaya, membina kehidupan yang harmonis antara lingkungan alam dan masyarakat.

Sedekah bumi sebagai warisan budaya Jawa hingga saat ini masih terjaga kelestariannya di tengah kehidupan masyarakat yang serba modern.

Ritual sedekah bumi masih dilaksanakan oleh masyarakat daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.  Umumnya, ritual sedekah bumi ini juga digelar untuk memperingati acara setiap akhir tahun sekali sesuai dengan kalender Jawa.

Kepala Desa Kuniran, Sulasmin, mengatakan tujuan pelaksanaan ritual sedekah bumi adalah sebagai perwujudan rasa syukur terhadap kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan yang Mahaesa.

Karnaval dan Pentas Ketoprak

Tradisi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali tersebut diikuti oleh ratusan peserta karnaval dari masyarakat tiap RT.

Rangkaian acara kegiatan ini antara lain arak-arakan mengelilingi desa dengan membuat rangkaian aneka buah dan sayuran yang dibentuk seperti gunung. Selain itu, warga masyarakat juga menggelar acara pertunjukan kesenian ketoprak.

“Hal ini merupakan perwujudan rasa syukur terhadap sang pencipta. Sedekah bumi ini juga sebagai wujud pelestarian budaya yang telah dilakukan secara turun-temurun dari leluhur nenek moyang kita.” Ujar Sulasmin kepala Desa Kuniran, Kamis (7/9/23).

Hal yang menarik dari tradisi ini adalah rebutan gunungan (buah dan sayur yang di panggul keliling desa), banyak warga masyarakat yang ingin mengambil gunungan meskipun harus berdesak-desakan.

“Sedekah bumi merupakan budaya masyarakat yang telah dilakukan sejak dahulu, kegiatan tersebut melahirkan efek positif yakni menjaga kerukunan dan kekompakan antar warga Masyarakat,” ujar Huda penanggung jawab acara sedekah bumi.

Kegiatan arak-arakan dimulai pada pagi hingga siang hari. “Saya sangat antusias ketika perebutan arak-arakan. Saya mendapat tiga sayur sawi, dua terong, dan setangkai pisang,” ujar Wati warga Desa Kuniran.

Setelah acara karnaval perebutan gunungan, dilanjutkan dengan acara hiburan pertunjukan ketoprak yang dilakukan pada sore hari hingga tengah malam.

Sulasmin berharap kegiatan sedekah bumi ini terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda agar budaya yang telah diwariskan nenek moyang tidak luntur hanya karena peradaban zaman.

Aninda Eka Rahayu-mg