blank
Bunda Shofi dalam kostum Ratu Kalinyamat yang dihadirkan dalam drama tar.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Sejak masih muda ia mengaku telah mendengar nama besar Retna Kencana, putri Sultan Trenggono dari Kasultanan Demak yang kemudian menjadi ratu Jepara setelah suaminya meninggal dunia. Ia sangat mengagumi sosok perempuan yang luar biasa karena kemudian mampu mengantarkan Jepara ke puncak kejayaannya.

“Keteguhan hati, keberanian, kesabaran, kejujuran dan pengabdian beliau sungguh merupakan laku seorang perempuan yang bukan saja tercatat sebagai ratu yang sangat kaya dan berkuasa, tetapi juga memiliki peran besar dalam syiar Islam di Indonesia,” tuturnya dalam wawancara khusus dengan SUARABARU.ID di Waroeng Mas Jenggo usai menjadi produser Drama Tari Ratu Kalinyamat yang mampu memukau ribuan penonton di lapangan Kembang.

blank
Bunda Shofi di Waroeng Mas Jenggo

Kekaguman itu pula yang membuat Shofiatun, perempuan berusia 53 tahun yang kini tinggal di wilayah RT 5 / RW 02 Desa Kaligarang, Kecamatan Keling itu sering merasa ada perjumpaan imajinatif di alam bawah sadarnya dengan Sang Ratu. Karena itu ibu dua anak ini ingin terus belajar dari “roh spirit” Ratu Kalinyamat.

Itu pula yang membuat perempuan yang sering juga dipanggil Bunda Shofi ingin menghadirkan Ratu Kalinyamat dalam sebuah pagelaran drama tari. Bahkan ia kemudian menjadi produser pagelaran yang bisa disebut spektakuler untuk sebuah even yang diselenggarakan di desa. Bukan hanya itu ia juga ingin bisa memiliki sanggar tari Retno Kencono.

Menurut Bunda Shofi, ritual topo wudho menjadi awal dari laku spriritual Sang Ratu sebelum berkuasa demikian luar biasa. “Dengan meninggalkan sifat-sifat duniawi sebagai seorang ratu, beliau memohon keadilan dari Hyang Maha Kuasa. Alhamdulillah permohonannya dikabulkan hingga kemudian beliau menjadi Ratu Jepara,” ungkapnya. Kisah itulah yang ingin disampaikan kepada warga melalui pegelaran drama tari dengan harapan kita semua bersedia untuk belajar dari spirit dan meneladaninya.

blank

Bunda Shofi, lahir dengan hari pasaran Selasa Kliwon di dukuh Dermayu Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling pada bulan April tahun 1970 dari pasangan Sarmin – Karijah. Ayahnya semasa masih hidup sering diminta bantuan oleh tetangganya untuk mencarikan hari baik saat orang punya kerja, menikah atau membangun rumah.

“Sayang beliau meninggal saat sedang shalat Jumat di Masjid Al Ma’arif Desa Kaligarang beberapa tahun yang lalu. Peristiwa itu sangat membekas dihati sebab saya lah yang menyarankan beliau untuk pergi Jumatan setelah beberapa waktu sembuh dari sakitnya,” tutur Bunda Shofi mengenang kepergian ayahnya.

blank

Salah satu yang saya ingat dari ajarannya adalah tentang kesabaran dalam menjalani hidup dan laku yang dilakukan, tambah pemilik toko Sembako Agung Jaya di Desa Kaligarang

Karena itu Bunda Shofi juga mencoba dan berusaha untuk menjalani laku puasa Senin – Kamis dan puasa ngebleng saat hari kelahirannya. Juga ziarah kemakam-makam tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam syiar Islam. “Ini hanya sebuah ikhtiar untuk mendekatkan diri pada Allah,” tuturnya.

blank

Bunda Shofi di rumahnya di Desa Kaligarang kini sering dikunjungi oleh warga yang ingin mendapatkan pertolongan untuk persoalan yang dihadapi dan bahkan penyakit yang dideritanya. “Saya hanya alat untuk membantu orang-orang yang memerlukan pertolongan, memohon ridho kepada Hyang Maha Kuasa,” pungkasnya.

Hadepe