blank
Dengan mendapatkan pendampingai dari Anggota TNI, Tim Kesehatan Hewan Wonogiri selama ini aktif melakukan vakisnasi Penyakit Kuku Mulut (PMK) ternak warga. Kini ditingkatkan pula untuk mengantisipasi Antraks.(Dok.Pendim 0728 Wonogiri)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Bupati Wonogiri Joko Sutopo, memerintahkan dinas terkait untuk mengambil langkah antisipasi dalam upaya pencegahan Antraks. Yakni memperketat pemeriksaan kesehatan hewan, dibarengi langkah taktis membeli ternak sakit, untuk segera dimusnahkan dan dikuburkan.

Dalam keterangan pers di Jakarta, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan, terkait kemunculan Antraks di Gunungkidul DIY, sebanyak 125 orang telah diperiksa. Dari jumlah tersebut, 87 warga Dusun Jati, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, positif terinfeksi antraks, sementara tiga orang lainnya meninggal dunia.

Pemicunya, mengarah pada dugaan karena mengonsumsi daging sapi yang sakit dan terinfeksi antraks, selama perayaan Idul Adha beberapa waktu lalu. Mereka mengalami gejala klinis seperti mual, pusing, dan muncul bercak hitam di beberapa bagian kulit.

Kabupaten Gunungkidul diketahui termasuk dalam daerah endemi antraks, di mana kasus penyakit ini pernah terjadi sebelumnya pada beberapa tahun lalu.

Terkait itu, Kabupaten Wonogiri yang bertetangga dengan Gunungkidul, perlu mengambil langkah antisipasi. Mengingat banyak ternak sapi asal Gunungkidul yang diperdagangkan ke sejumlah Pasar Hewan di Kabupaten Wonogiri.

Ke Manusia

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan, telah melakukan investigasi mendalam kasus meninggalnya tiga warga akibat antraks tersebut. Kemenkes masih melakukan penyelidikan epidemiologi. Pemerintah Daerah Gunungkidul juga ikut berkoordinasi untuk mengatasi wabah ini secepat mungkin.

Antraks, merupakan penyakit yang dipicu oleh bakteri bacillus anthracis, bersifat fatal pada hewan dan juga bisa menular ke manusia lantaran termasuk virus zoonosis. Penyakit ini bisa bertahan selama puluhan tahun. Sapi yang mati tidak boleh dibedah maupun dibuka. Penanganannya harus langsung dibakar dan dikubur.

Di Indonesia, Antraks sudah dilaporkan ada sejak Tahun 1884. Penyebarannya terjadi di Jabar, Sulteng, Sulsel, NTT. NTB, Yogyakarta, Bali, Jateng, Gorontalo, Jatim dan Lampung.Jika ada faktor resiko, potensi antraks terus mewabah akan selalu ada.

Gunungkidul menjadi salah satu wilayah endemis antraks. Ketika endemis tidak dilakukan secara baik, baik di tanah, lingkungan, maupun masyarakat, maka ancaman kasus Antraks akan terus berlanjut.

Kemenkes mencatat serangkaian kejadian di Gunungkidul sebagai berikut, Bulan Mei 2019 menyebar di Dukuh Grogol Desa Bejiharjo Kepanewon Kecamatan Karangmojo, Desember 2019 dan Januari 2022 di Kepanewon Ponjong. Bulan Januari 2022 di Gedangsari dan Januari 2023 di Semanu.
Bambang Pur