WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Anggota Komisi IV DPR RI Dapil Jateng VI (Wonosobo, Temanggung, Magelang dan Purworejo) dari Fraksi PDI Perjuangan Vita Ervina mendorong generasi muda masa kini untuk bisa menjadi petani milenial.
“Karena sejak dulu hingga sekarang dunia pertanian sebenarnya sangat menjanjikan. Apalagi produk pertanian menjadi penopang utama ekonomi di Indonesia. Maka saya mendorong kaum muda untuk terjun sebagai petani milenial,” ujarnya.
Dorongan tersebut disampaikan Vita Ervina usai membuka “Bimbingan Tehnis Peningkatan Kapasitas Petani dan Pelaku Usaha Hortikultura” yang digelar Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI di Hotel Surya Asia Wonosobo, Kamis (15/6/2023).
Hadir dalam acara tersebut Susilawaty (Dirjen Hortikultura Kementan RI), Suwarna (BSIP Jateng) dan Sumanto (Kabid Perkebunan dan Hortikultura Dispaperkan) Wonosobo serta sejumlah kelompok tani dari wilayah Kejajar, Garung dan Watumalang.
“Menjadi petani milenial, tidak harus terjun langsung ke lahan. Tapi bagaimana kaum muda masa kini bisa melakukan promosi dan pemasaran produk pertanian secara online. Generasi milenial juga bisa mengelola budi daya pertanian secara modern,” ungkapnya.
Vita mengatakan kegiatan “Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Pelaku Usaha Hortikultura” tersebut dalam upaya peningkatan kapasitas petani dan pelaku usaha hortikultura. Pihaknya bersinergi dan berkomitmen dalam upaya meningkatkan kesejahteraan para petani.
“Bimtek tersebut fokus pada komoditas hortikultura khususnya sayuran mengingat Wonosobo sebagai salah satu daerah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai sentra komoditas tanaman sayuran khususnya di Jawa Tengah,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan Bimtek menjadi salah satu strategi program aksi dukungan pemerintah bersama Komisi IV kepada masyarakat di sektor Pertanian dalam upaya “Membangun Indonesia Tangguh melalui pembangunan pertanian melalui komoditas hortikultura”.
“Pemerintah juga terus menerus memberikan dukungan program bantuan yang langsung menyentuh dan berpihak kepada petani. Mulai dari sisi hulu. Seperti penyediaan benih dan bibit berkualitas, pelatihan, pengendalian penyakit, sampai dengan perumusan kebijakan di sektor hilirnya,” tutur dia.
Semua program ini, lanjut Vita, diberikan sebagai modal awal dalam mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan di negeri ini. Sektor pertanian termasuk dalam salah satu sektor dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang mendapat prioritas pengembangan.
Nilai Tinggi
“Hal itu, karena Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Pembangunan wilayah pedesaan yang berbasis agribisnis telah dikembangkan oleh pemerintah sejak beberapa waktu yang lalu,” sebut Vita.
Dikatakan, salah satu agenda pemerintah adalah mengembangkan produk pertanian yang bernilai tinggi untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah bagi petani. Pembangunan wilayah selayaknya diprioritaskan untuk pengembangan sektor-sektor potensial yang mengandung komoditas unggulan.
“Pemetaan tersebut perlu dilakukan agar arah pengembangan daerah sesuai dengan tujuan nasional. Wonosobo sebagai salah satu daerah penyangga pangan di Jateng khususnya pada komoditas hortikultura, saat ini memiliki banyak keuntungan,” tandasnya.
Di antaranya, imbuh dia, dengan ditetapkannya sebagai kawasan food estate oleh pemerintah dan dukungan yang besar diberikan kepada para petani dengan tujuan untuk menjadikannya sebagai sentra komoditas hortikultura di daerah ini.
Kebijakan tersebut, menurut Vita, juga menjadi tantangan bagi petani untuk lebih aktif dalam menggali ilmu di bidang pertanian sehingga hasil pertanian nantinya tidak hanya sebagai penyangga pangan nasional tetapi juga tidak menutup kemungkinan memilik peluang ekspor.
“Semua itu tentu bukan pekerjaan mudah. Sebagai anggota Komisi IV DPR RI, kami berupaya untuk terus mendorong pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI untuk menyusun kebijakan pada sektor pertanian yang fokus pada penguatan dari hilir sampai dengan hulu,” tegasnya.
Program tersebut, jelas wakil rakyat perempuan itu, mencakup upaya optimalisasi potensi pertanian, salah satunya melalui pengembangan kawasan dan ditata sedemikian rupa agar mampu menjawab tantangan dan peluang pasar ekspor dunia di masa mendatang.
Disebutkan, Wonosobo sebagai daerah penyangga tanaman sayuran, tidak serta merta akan membawa dampak besar bagi petani. Semua itu diperlukan sinergitas dari berbagai pihak. Baik itu pemerintah pusat, daerah dan pihak pihak-pihak terkait lainnya.
“Petani perlu dilakukan pendampingan serius agar nanti hasil panen tanaman sayuran memiliki nilai jual yang tinggi. Kami sebagai wakil rakyar akan terus mendorong dan memberikan pendampingan kepada kelompok tani. Memfasilitasi bantuan mulai dari tahap budidaya sampai dengan pengolahan paska panen,” katanya.
Pihaknya berharap kegiatan tersebut bisa menjadi ajang saling menjalin komunikasi, koordinasi, bantuan dan pengetahuan dalam di bidang pertanian. Para petani harus mampu meningkatkan produktivitasnya yang secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan.
Muharno Zarka