Oleh: Amir Machmud NS
// pahamilah, puncak hanya kesementaraan/ waktu mengaturnya/ yang abadi itu warisan/ dalam jejak menandai//
(Sajak “Para Legenda”, 2023)
ADA luap rasa. Ada ruap bahagia. Pun ada ungkap cinta.
Begitulah, momen “pamitan” Zlatan Ibrahimovic membuncahkan geletar rasa kehilangan. Terpancar keharuan yang sebegitu dalam.
Fans AC Milan harus rela melepas pemain 41 tahun itu. Dalam jejak sejarah Rossoneri, Zlatan memang tak selegendaris — misalnya — Franco Baresi atau Paolo Maldini, tetapi telah memberi warna sikap dan jejak kebintangan yang dirasakan.
Boleh jadi dia tak merencanakan, “pamitan” pensiun dari sepak bola itu terjadi di San Siro, di klub kesepuluh yang pernah dia bela. Apalagi sejauh ini dia masih mampu melawan rambatan usia dengan kebugaran tetap prima.
Dan, di balik cap sebagai sosok arogan, nyatanya dia tak kuasa membendung air mata ketika mengumumkan gantung sepatu, awal pekan kemarin. Seisi Stadion Giuseppe Meazza yang mengelu-elukannya bagai berurai cekam keharuan…
Di bagian yang lain, publik Santiago Bernabeu pasti kehilangan atas berakhirnya kontrak Karim Benzema dengan Real Madrid. Peraih Ballon d’Or 2022 itu memastikan berlabuh di Al Ittihad, klub elite Liga Arab Saudi yang membayarnya Rp 3,1 triliun per musim untuk durasi perikatan dua tahun.
Benzema, bersama kompatriotnya N’Golo Kante menyusul Cristiano Ronaldo yang terlebih dahulu merasakan atmosfer Liga Pro Saudi. Keduanya sama-sama menikmati ujung karier dengan apresiasi berlimpah kemanjaan.
Di sudut lain lagi, mahabintang Lionel Messi juga menciptakan suasana hijrah yang bernuansa “persiapan pensiun”. Akhirnya dia memilih Inter Miami — klub milik legenda Inggris David Beckham — di Liga Amerika Serikat.
Dengan berbagai pertimbangan, dia memutuskan tidak kembali ke “rumahnya” di Camp Nou, Barcelona. La Pulga juga tak tergoda iming-iming klub Saudi, Al Hilal yang menyiapkan gaji terbesar dalam sejarah sepak bola, Rp 9,5 triliun untuk ikatan berdurasi dua musim.
Kekhasan Zlatan
Dibandingkan dengan Benzema dan Messi, personalitas Zlatan Ibrahimovic sangatlah berbeda. Kepercayaan diri pemain asal Swedia itu ditopang oleh sifat angkuh dan mau menang sendiri.
Karakter itu sering mengintimidasi lawan di lapangan. Zlatan adalah figur berbeda dibandingkan dengan rata-rata pemain bintang.
Karier panjang dari 1999-2023 di 10 klub, dari Malmoe FC, Ajax, Juventus, Internazionale Milan, Barcelona, AC Milan (pinjaman), Paris St Germain, Manchester United, LA Galaxy, dan balik lagi ke Milan, sayangnya tidak mendapatkan apresiasi sekelas Ballon d’Or.
Selain kalkulasi raihan trofi, rupanya pemain berjejuluk Ibrakadabra ini beredar di era ketika liga-liga dunia penuh dengan tebaran bintang.
Maka, cukuplah dia banyak dikandidatkan meraih trofi individu itu, namun dominasi Leo Messi dan Ronaldo hingga 2022 sangat sulit dipatahkan. Toh Zlatan masih membukukan Golden Foot 2012, FIFA Puskas Award 2013, dan empat kali terpilih sebagai Atlet Pria Terbaik Swedia pada 2008, 2010, 2013, dan 2014.
Berjuta Rasa
Bagi para legenda, ujung kebersamaan selalu menumbuhkan sejuta rasa. Rasa dan hati bergulat dalam cinta, membentuk ikatan yang Zlatan, Benzema, atau Messi pasti merasakan sebagai cercah jiwa di ruang cahaya yang benderang.
“Pertama kali saya datang, kalian memberikan kebahagiaan, dan untuk kedua kali, kalian memberi saya rasa cinta. Saya ingin berterima kasih kepada keluarga dan rekan-rekan dekat saya yang terus memberikan kesabaran kepada saya,” ungkapnya, seperti dikutip cnnindonesia.com (5/6-2023).
Dia tambahkan, inilah saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada sepak bola, tetapi bukan untuk fans. “Ini sangat sulit, ada banyak emosi yang mengalir… Saya selalu menjadi Milanisti di sepanjang hidup saya”.
Dari Madrid, klub dengan sejarah terbesar itu menuliskan pesan di laman resminya, “Real Madrid ingin menunjukkan rasa terima kasih dan kasih sayangnya kepada setiap orang yang telah menjadi salah satu legenda terbesar kita…”
Sedangkan di PSG, kalimat berkelas nan hangat disampaikan Neymar Junior, pemain yang paling karib dengan Messi, “Senang rasanya berbagi masa dua tahun lagi (setelah pernah bertandem di Barcelona 2012-2014, pen) bersama denganmu. Semoga sukses di tahap barumu dan berbahagialah. Aku sangat mencintaimu @leo messi…”
Ya, betapa kuat “nilai” dan cahaya para legenda. Di ujung jalan, sangat terasa logika kontribusi mereka berkelindan dengan getar hati dan rasa, mencercahkan kebahagiaan dan kebersamaan…
Maka ada saat-saat muram ketika dunia dihadapkan pada kenyataan: O, Zlatan pergi. Duh, sudah siap pensiunkah Messi? Oo, Benzema telah memutuskan pilihan…
— Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id, Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah —