blank
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Korsa Marhaen Indonesia (Komando) Pusat Rahmat Dahono Wijayandaru menyampaikan paparannya, dalam sarasehan Peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila di Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Srikandi, Jalan Bukit Dahlia 8/183 Kelurahan Sendangmulyo, Kota Semarang, Kamis (1/6/2023). Foto : Absa 

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, oleh sebab itu jangan jadikan Pancasila sebagai asas partai, karena hal itu akan merusak Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Korsa Marhaen Indonesia (Komando) Pusat Rahmat Dahono Wijayandaru sebagai narasumber, dalam sarasehan Peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila di Lembaga Pendidikan Kerja (LPK) Srikandi, Jalan Bukit Dahlia 8/183 Kelurahan Sendangmulyo, Kota Semarang, Kamis (1/6/2023).

“Jadi jika partai politik di Indonesia tidak memiliki asas, maka partai tersebut bisa dinilai tidak memiliki ideologi partai, sehingga untuk membangun bangsa dan menyejahterakan rakyat Indonesia, partai-partai itu perlu dipertanyakan,” jelas Ndaru, sapaan akrabnya, dalam Sarasehan Peringatan Harlah Pancasila, dengan tema Mempertahankan Pancasila sebagai dasar NKRI, yang dihadiri oleh berbagai komponen Marhaen dari berbagai daerah dan usia.

“Seperti yang disampaikan oleh Bung Karno, ‘aku melihat bahaya besar mengancam runtuhnya negara ini, jikalau Pancasila tidak dipertahankan sebagai dasar negara. Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum, di bawahnya itu sumber hukum. Makanya meja statis dan meja dinamis, agar masyarakat kita ini bisa bergerak leluasa di atas dasar atau negara yang kuat. La itu bahaya jika tidak diluruskan, karena rakyat akan bobrok’ (rusak ideologinya),” tegas Ndaru berapi-api.

Karena untuk memahami Pancasila, lanjutnya, tanpa memahami Marhaenisme adalah kemustahilan. Sebab sangat erat hubungannya, antara Pancasila dan Marhaenisme dalam mewujudkan Tri Sakti Bung Karno, yaitu Berdikari di Bidang Ekonomi, Berdaulat di Bidang Politik dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan.

Dan penekanan dari Marhaenisme Pancasila adalah menuju keberadaban bermasyarakat, dengan memanusiakan manusia, itulah menuju kemanusiaan yang adil dan beradab, sesuai dengan salah satu sila di Pancasila.

“Jika ada yang melakukan kesalahan, jangan kemudian disalah-salahkan tapi diupayakan untuk diberikan pemahaman solusinya. Begitu juga ketika ada yang lebih menonjol baiknya, jangan terlalu disanjung-sanjung,” paparnya

Karena jika negara tidak memanusiakan manusia, urai Ndaru, maka tidak akan tercipta kedaulatan rakyat dan tidak akan bisa menuju negara yang berkeadilan sosial. Sebab filosofi Pancasila, oleh Bung Karno diambilkan dari nilai-nilai luhur peradaban nenek moyang Indonesia.

Dikatakan pula oleh Sekjen Komando, bahwa peringatan Harlah Pancasila itu bisa dikatakan sebagai “ruwat nagari”, yaitu meluruskan aturan hukum yang sebenarnya.

Absa