KOTA PEKALONGAN (SUARABARU.ID) – Untuk menunjang ketercapaian minat dan bakat, guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berupaya semaksimal mungkin melahirkan berbagai inovasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak sehingga proses pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, salah satunya lewat kegiatan membatik dengan teknik ecoprint.
Kegiatan tersebut juga dipilih salah satu lembaga pendidikan yakni TK Ma’had Islam Kota Pekalongan untuk mendukung proses stimulasi perkembangan fisik, motorik dan emosional anak usia dini. Kepala Sekolah TK Ma’had Islam Kota Pekalongan, Mutiara Aminah menjelaskan bahwa membatik ecoprint dipilih menjadi kegiatan pembelajaran project dengan tema aku cinta Indonesia. Sebelumnya kegiatan membatik dengan teknik lain juga sudah dilaksanakan seperti membatik dengan media tisu, lilin, pelepah pisang, kelereng dan malam dingin.
Selain memberikan pengetahuan baru karena batik ecoprint masih belum banyak dikenal oleh anak usia dini, Mutiara mengatakan terdapat beberapa tujuan yang diharapkan dengan membatik ecoprint diantaranya menumbuhkan rasa sosial dengan saling bekerja sama dengan teman lain untuk menghasilkan sebuah karya, lebih mengenalkan hal yang bernuansa alami dan menanamkan jiwa berwirausaha.
“Kami ingin anak lebih merasa dihargai dalam proses pembelajaran, dengan hasil karya yang sudah dibuat kemudian akan dijual pada saat gelaran projek nanti, mereka pasti akan lebih bangga dan semangat belajar,” jelasnya, Selasa (30/5).
Menurutnya, energi yang dikeluarkan pada proses ecoprint berupa kegiatan memukul daun hingga menghasilkan warna pada kain dapat menyeimbangkan energi berlebih dalam tubuh anak sehingga perkembangan fisik motorik dan perkembangan emosional anak usia dini dapat terstimulasi dengan baik. Apalagi dengan menggunakan media atau benda nyata, unik dan menarik serta dapat ditemukan di sekitar anak sebagai media untuk berinovasi dan berkreasi, menambah daya tarik tersendiri bagi anak.
“Harapannya anak punya sifat nasionalisme yang tinggi, cinta Indonesia, cinta kota pekalongan dengan segala warisan budaya di dalamnya, selain itu mereka juga jadi tahu dengan menggunakan media sederhana bisa dibuat sesuatu yang bermanfaat dan berdaya jual,” pungkasnya.
Nur Muktiadi