blank
Luthfi sebagai anak penjual singkong saat hendak berangkat menemani sang ayah ke Pasar Gubug. Foto: Tya Wiedya

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Nama Luthfi dan jadi polisi, memang tak perlu ditanya lagi. Dialah Irjen Pol Ahmad Luthfi, Kapolda Jateng. Tetapi, ada juga seorang perempuan bernama Luthfi, lengkapnya Luthfi Febri Maharani, yang lolos seleksi menjadi Polwan.

Ya, Luthfi Febri Maharani, adalah perempuan asal Karangrayung, Grobogan, anak penjual singkoong goreng keliling. Dia mengaku sempat mendapat ejekan tetangga, terkait keinginannya menjadi anggota Polwan.

“Bahkan para tetangga menyarankan kepada saya untuk menjadi tenaga kerja Wanita atau TKW di luar negeri saja,” tutur Luthfi.

Namun, anak penjual singkong goreng ini bertekad kuat menjadi Polwan dengan keyakinan penuh. Dia memang sempat gagal empat kali, tetapi akhirnya Luthfi Febri Maharani lolos seleksi Polwan melalui jalur Rekrutmen Proaktif Hafiz Quran.

Luthfi Febri Maharani memang memiliki latar belakang kompetensi menghafal Al Quran. Perjuangannya menjadi Polwan bermodalkan hafalan Al Quran yang membuatnya lolos seleksi dan berhak melanjutkan pendidikan Sepolwan.

Luthfi Febri Maharani bersujud syukur atas keberhasilannya lolos seleksi masuk menjadi Polwan. Dengan kemampuannya menghafal Al Quran, putri dari pasangan Mahmud Setiawan dan Sri tidak berhenti bersyukur.

“Iya tentunya senang. Ada rasa terharu dan tidak menyangka saja kalau saya bisa lolos seleksi bintara Polri jalur Rekpro dengan prestasi yang saya miliki,” ujar Luthfi kepada suarabaru.id, Jumat, 26 Mei 2023.

Luthfi menyatakan, dengan doa dari kedua orang tua, usaha,kemampuan, dan kemauan yang saya miliki membuatnya yakin untuk mendaftar jadi Polwan.

Luthfi mengaku, sering mendengar rang mengatakan, untuk masuk menjadi anggota polisi harus menyiapkan uang yang cukup banyak untuk pendidikan.

“Sampai akhirnya, saya sendiri mengalami dan bisa mematahkan opini tersebut bahwa penerimaan bintara Polri benar-benar Bersih, Transparan, Akuntabel,dan Humanis,” ungkap Luthfi.

Empat kali gagal lolos masuk Polri, Luthfi mengaku usahanya tidak hanya pada kepolisian saja. Dirinya juga mencoba untuk seleksi kedinasan lainnya.

“Selain Bintara Polri PTU sebanyak dua kali, saya juga pernah coba tes di TNI AD satu kali. Kemudian di Polsuspas, PT KAI, dan Pertamina sekali. Semua gagal,” ujar Luthfi.

Selain itu, Poltekim dia pernah mencoba dua kali. Seleksi Bintara Polri Rekpro sendiri sudah dicobanya dua kali dan akhirnya berhasil lolos seleksi di tahun 2023.

Ikut Jual Singkong Goreng

“Selama menunggu seleksi saya pergunakan untuk membantu orang tua di rumah dan sering kali saya ikut berjualan singkong keju bersama Bapak dari jam 15.00-21.00,” ujar Luthfi, yang menggelar dagangannya di Pasar Gubug.

Selama menunggu seleksi, dirinya juga masih menyempatkan diri untuk bisa berlatih fisik seperti lari, push up, sit up , pul up. Kemudian, dirinya juga belajar soal-soal akademik dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan guna menghadapi seleksi.

“Mencoba ikut seleksi di berbagai instansi, pada seleksi kesepuluh ini, alhamdulillah, saya diterima pada Rekrutmen Bintara Polri Jalur Rekpro Kategori talent scouting Non Akademik Hafidz Qur’an TA 2023,” ujarnya.

Usai lulus MAN Demak, Luthfi mencoba melamar di kedinasan. Lantaran gagal, sang ayah menyarankan agar putrinya ini membekali diri dengan Al Quran. Ia meminta sang putri untuk masuk Pondok Pesantren Miftahul Huda di Kabupaten Wonosobo.

“Saya sampaikan ke dia, kamu kalau mau mendaftar polisi, saya tidak mau kalau harus membayar dengan menggunakan uang,” ujar Mahmud Setiawan dengan bahasa Jawa.

“Saya tidak punya uang. Kamu mendaftar sebagai anggota polisi membawa Al Quran, kalau memang mau mendaftar, jangan memakai uang,” tambahnya.

Mahmud Setiawan bersyukur akhirnya sang putri lolos seleksi dan siap menempuh pendidikan Sepolwan di Jakarta. “Ini sudah rezeki, bisa menjadi anggota polisi gratis. Saya mengeluarkan uang hanya untuk fotokopi, foto, dan biaya perjalanan untuk membeli BBM selama pendaftaran anak saya, totalnya kurang lebih Rp100 ribu,” ujar Wawan, sapaan akrabnya.

Sindiran Tetangga Jadikan Motivasi

Luthfi mengakui beberapa kegagalan yang dialaminya tidak sedikit orang di sekitarnya meremehkan.

“Bahkan ada yang sampai menghina kalau anak penjual singkong tidak akan bisa menjadi anggota Polri dan ada yang sampai menyarankan untuk mendaftar menjadi TKW karena sayang umur jika harus capek-capek mendaftar kedinasan berkali kali tetapi gagal,” ungkap Luthfi.

Sempat sedih, namun Luthfi tak berhenti untuk berjuang meraih cita citanya menjadi Polwan. Dirinya yakin, bisa meraih cita cita tersebut dan memberikan kebahagiaan untuk orang tuanya.

“Dengan doa, usaha, ikhtiar dan tawakal, saya yakin siapapun bisa menjadi apapun. Saya tidak ingin membuktikan apapun kepada siapapun tetapi saya hanya ingin menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri,” tambahnya..

Luthfi mengungkapkan, dirinya punya harapan besar setelah menjadi anggota Polri nantinya. Dirinya mengatakan siap melayani masyarakat ke depan.

“Setelah menjadi anggota Polri nantinya, saya ingin menjadi seorang anggota polri yang siap melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat. Bisa berguna bagi sesama dan bisa mengharumkan instansi kepolisian dengan prestasi yang saya miliki,” tutupnya.

Tya Wiedya

 

Luthfi berfoto bersama keluarganya. Foto: Tya Wiedya