blank
Final Liga Champions, Foto: uefa

blankOleh: Amir Machmud NS

// dalam misteri bola/ terlipat jawab keniscayaan/ sejuta akal dikerahkan/ untuk melawan ketidakmungkinan…//
(Sajak “Keniscayaan Sepak Bola”, 2023)

HANYA menjadi cermin kejemawaan, andai kita mengajukan tesis, “Siapa bisa membendung Manchester City, saat ini?”

Pun hanya menarasikan konfidensi berlebihan, kalau ada yang mengklaim, “Inilah saatnya Pep Guardiola meraih trofi Eropa bersama klub di luar Barcelona…”

Juga, sepasti itukah modal tradisi Internazionale Milan di panggung Eropa mampu membuat The Citizens inferior dalam final Liga Champions di Stadion Attaturk, Istanbul, 11 Juni mendatang?

Atau dengan argumentasi apa kita berlogika, kerendahhatian Simone Inzaghi bakal mengatasi kejeniusan Pep Guardiola, lalu membawa kembali Inter ke latar kemasyhuran Eropa?

Saudara-saudara, bukankah sepak bola adalah keniscayaan?

Tim yang berani memastikan menang boleh jadi hanya akan mendapatkan hasil seri. Yang berstrategi untuk memaksakan imbang bukan tidak mungkin menemui petaka kekalahan. Atau yang merasa tak ungkulan karena sadar kekuatan diri malah berjaya sebagai pemenang.

Ya. Keniscayaan, dengan aneka permutasi kemungkinan.

Kadang ia tampak seperti misteri, ketidakterdugaan, ketidakpastian; yang karenanya membuat betapa indah dan syahdu sepak bola. Kadang ia sehiruk pikuk itu, heboh, gaduh seperti final SEA Games 2023 di Kamboja beberapa hari lalu. Kadang ia juga datar, tak jarang mengejutkan, mendatangkan impuls kegembiraan atau kemuraman…

Ya, karena sepak bola hanya permainan. Yang melipat nasib ke dalam proses-proses rumit, diracik dengan skema taktik dan penyiapan psikologi mereka yang terlibat dan bermain-main di dalamnya.

City-Inter
Begitupun final puncak Eropa musim ini. Sah-sah saja Anda mendukung Manchester City, sama sahnya memihak Internazionale Milan.

Entitas yang satu sedang berjuang meraih tahta pengakuan Eropa, satunya lagi sudah enam kali merasakan kejayaan mengangkat trofi Si Kuping Besar.

Yang satu sedang menegaskan diri sebagai kekuatan sulit terbendung, satunya lagi dalam proses bangkit dengan para penggawa yang — dari sisi magnet mediatika — tak segemerlap calon lawannya.

Sekali lagi, jangan abaikan keniscayaan, agar Anda tak terbenam dalam kekecewaan pendukungan tanpa batas. City layak, Inter pun pantas. Dan, nikmatilah malam final di Turki nanti sebagai perjamuan bola yang membahagiakan.

City telah bergerak mantap ke partai pamungkas melewati rintangan dua kekuatan klasik dunia: Bayern Muenchen dan Real Madrid. Dan, andai mampu menundukkan Nerazzuri di final, bakal lengkaplah perjalanan penaklukan kerajaan-kerajaan sepak bola Benua Biru, musim ini.

Pada 2020-2021, Pasukan Pep takluk 0-1 dari klub senegara, Chelsea di pertandingan akhir, justru ketika Kevin de Bruyne dkk lebih difavoritkan. Dapat dimengerti ketika kekecewaan kemudian melilit Manchester Biru.

Maka rasa kepenasaran City dan Pep bakal menemukan pelampiasan menghadapi Inter, yang tentu juga menyimpan ambisi kebangkitan setelah sukses mereka pada 2009-2010 di era Jose Mourinho.

Bukan Semenjana
Konsolidasi kekuatan ala Inzhagi — yang dipuji oleh pemilik Inter, Steven Zhang sebagai pelatih yang “bekerja dalam tenang” — , akan menghadapi gemerlap City yang lengkap dengan pilar hebat di semua posisi.

Jangan posisikan Nerazzuri sebagai kekuatan semenjana. Tak bertabur bintang memang, namun pengalaman sejumlah pilar seperti Onana, Barella, De Vrij, Calhanoglu, Lukaku, Martinez, Mkhitaryan, atau Dzeko, merupakan jaminan kematangan “mengelola” intimidasi kedahsyatan Haaland, Gundogan, De Bruyne, Grealish, Silva, Foden, Alfarez, atau Mahrez.

Jejak Inter dari penyisihan grup hingga semifinal tak bisa diremehkan. Lolos dari Grup C yang “neraka banget”, antara lain menyingkirkan Barcelona, Inter melewati adangan Porto, lalu Benfica, dan AC Milan.

Maka cukuplah kita tekuni pesan “keniscayaan” ini untuk menyongsong “bara” di Stadion Attaturk, 11 Juni nanti.

Permainan ini mengajarkan kesiapan hasil di dalam lipatan bundar bola, mengendapkan aneka logika: City atau Inter yang berjaya, Citizens atau Nerazzuri yang berduka…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id, Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah