Para calon pemimpin pun sudah mulai menunjukkan diri, mulai dari calon legislative, sampai kepada Calon Presiden, dan juga beberapa tokoh sudah disebutkan akan menjadi calon wakil Presiden.
Masyarakat Indonesia akan dimanja dengan berbagai janji-janji politik, supaya memilih para calon tersebut dan melancarkan jalan mereka menjadi pemimpin. Tapi masyarakat patut untuk menyadari bahwa pemimpin yang dibutuhkan oleh negara Indonesia bukan hanya seorang pemimpin yang kuat dan berkarisma, tetapi juga seorang visioner, seorang pemimpin yang memiliki visi misi kedepan, yang mampu melihat dan mampu mengangkat martabat Indonesia di mata masyarakatnya dan di mata masyarakat dunia.
Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang mampu menjawab zaman. Salah satu contoh yang Indonesia pernah punya adalah Presiden pertama RI, Soekarno, yang biasa dipanggil dengan sebutan Bung Karno. Beliau adalah visioner yang benar-benar mampu mengangkat bangsa Indonesia, dari bangsa yang terjajah, menjadi merdeka dan bergengsi.
Soekarno adalah salah satu contoh pelayan publik. Dia mengamalkan nilai keutamaan politik, yaitu politik bukan untuk memperkaya diri, mendapatkan kekuasaan sebesar-besarnya, dan meraup keuntungan terus menerus. Seorang politikus, dengan meminjam istilah dari Walter Benjamin, harus memiliki dua dimensi politik, yaitu politik yang ilahi dan yang manusiawi.
Megawati, dengan kekuasaannya yang luar biasa atas arah partai politik yang dia pimpin, seharusnya mudah saja menunjuk orang dekatnya. Tetapi, Megawati menggunakan kekuasaannya, dengan dimensi politik ilahi, untuk kembali menjalankan keutamaan politik. Bukan hanya karena nama keluarga, ataupun kedekatan personal, tetapi Ganjar dinilainya sebagai orang yang bisa mengembalikan lagi keutamaan politik, menjadi pelayan public, berpihak pada kaum kecil dan menderita, dan mengembalikan juga cita-cita kemerdekaan, yaitu mewujudkan masyarakat yang cerdas, sejahtera, makmur, dan memiliki politik yang bebas aktif, untuk menjaga perdamaian dunia.
Yang harus kita ingat dari penetapan Ganjar sebagai Capres ini adalah, politik bukan sekedar saya dapat apa, tetapi seorang politikus, seorang pengerja politik, seharusnya sudah melakukan pencapaian atas keinginan dirinya dan mengabdi penuh pada publik, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, sebagai hukum tertinggi.
Antonius Benny Susetyo, Doktor Komunikasi Politik dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila