blank
Doktor Komunikasi Politik dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Antonius Benny Susetyo. Foto: Dok/SB

Menurut saya, disinilah kematangan seorang Megawati sebagai seorang politikus. Untuk dia, politik bukan sebuah dinasti, bukan sebuah pelestarian nama keluarga, tetapi sebuah panggilan nurani, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan cita-cita proklamasi.

Sebagai seorang ketua umum yang selama ini mendirikan dan membesarkan PDIP, Megawati memilih suatu privilege, sebuah kekhususan, sebuah hak khusus, untuk memilih siapapun yang akan menjadi Calon Presiden partai pimpinannya. Dia bisa saja memberikan posisi tersebut kepada keluarga ataupun orang dekatnya. Tetapi, dia memberikannya kepada Ganjar, karena Ganjar, menurut Megawati, mampu menarasikan cita-cita Soekarno: berdikari, menjunjung tinggi harga diri bangsa dan negara, dan mampu mengangkat harkat bangsa Indonesia.

Hal ini juga mengembalikan ingatan masyarakat atas penetapan Joko Widodo sebagai Calon Presiden tahun pemilihan 2014, dimana Jokowi, sapaan akrabnya, bukanlah orang lingkar dalam ataupun keluarga dari trah Soekarno, tetapi Megawati berani memilih Jokowi.

Ganjar dikenal sebagai sosok yang sederhana dan dekat dengan masyarakat. Ganjar menterjemahkan paham marhaenisme dengan cara modern, melalui media sosial. Ekonomi kerakyatan olehnya diwujudkan dalam kerja sama rakyat dan wirausaha yang dirinya usung. Ganjar sadar akan kemandirian politik Indonesia, bahwa politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan hak kemerdekaan setiap bangsa.

Ganjar ingin menunjukkan bahwa kedaulatan tidak direduksi oleh keinginan dan pencapaian ekonomi semata, seharusnya, bangsa ini memiliki harga diri dan kedaulatan politik. Dasasila Bandung merupakan dasar bagaimana berpolitik secara bebas dan aktif di kancah perpolitikan dunia, dan Ganjar mempraktekkan hal tersebut. Di bidang kebudayaan, Ganjar menampilkan ekspresi budaya untuk menyatukan keragaman. Dan karena itulah, Megawati memilihnya sebagai Capres dari PDIP.

Tahun politik ini diproyeksikan akan benar-benar menguji persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara. Isu-isu yang dapat memecah belah masyarakat diprediksikan akan banyak menghiasi media berita, televisi, dan sosial bangsa Indonesia.

Pemilihan tahun 2024 ini pun akan dilaksanakan serentak bersama-sama pada bulan Februari 2024, dan dengan proyeksi-proyeksi diatas, pemilihan harus benar-benar dipersiapkan secara matang.